Anda belum login :: 17 Apr 2025 01:44 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Diksi Laki-Laki dan Perempuan dalam Puisi Mutakhir Indonesia
Oleh:
Hwia, Ganjar
Jenis:
Article from Proceeding
Dalam koleksi:
Kongres Linguistik Nasional XII Surakarta, 3-6 September 2007: Kumpulan Makalah Ringkas
,
page 60-62.
Topik:
pilihan bahasa
;
diksi
;
seks
;
gender
;
bahasa puisi.
Fulltext:
43b. Ganjar Hwia-ML.pdf
(145.55KB)
Ketersediaan
Perpustakaan PKBB
Nomor Panggil:
406 MLI 2007
Non-tandon:
1 (dapat dipinjam: 1)
Tandon:
tidak ada
Reserve
Lihat Detail Induk
Isi artikel
Laki-laki dan perempuan berbeda dalam menggunakan bahasa. Mengapa? Jawaban yang jelas adalah karena dari segi seks mereka berbeda. Hal yang diyakini tidak dapat diganggu gugat dalam kehidupan masyarakat. Lalu, benarkah ada perbedaan pilihan bahasa antara laki-laki dan perempuan? Benarkah ada “bahasa” laki-laki dan perempuan? Benarkah diksi laki-laki identik dengan kekerasan dan diksi perempuan dengan kelembutan? Masihkah kita di Indonesia berpandangan seperti sosiolinguis Robin Lakoff yang percaya bahwa bahasa perempuan “lebih rendah” karena membuat pola ''kelemahan'' daripada bahasa laki-laki yang ''lebih kuat''? Sehubungan dengan pilihan bahasa laki-laki dan perempuan itu, tak dapat dimungkiri pula bahwa setakat ini penilaian pemakaian bahasa, khususnya dalam karya sastra, sering subyektif dan lebih melihat nama, person pembuat, dan bahkan jenis kelaminnya, bukan karyanya. Tidak salah pula apabila banyak karya sastra yang ditulis para perempuan, cenderung dilihat dari kaca mata gender. Berangkat dari masalah itu, makalah ini akan memaparkan dan membuktikan apakah ada perbedaan pilihan bahasa antara laki-laki dan perempuan dalam pemakaian bahasa dalam karya sastra, khususnya dalam puisi-puisi Indonesia mutakhir yang muncul antara tahun 1990—2006. Paradigma yang digunakan adalah bahwa perbedaan gender dalam pilihan bahasa mungkin kurang dari apa yang biasa diterima sebagai suatu kenyataan. Namun, di sini pun dilihat bahwa kajian sosiolinguistik tidak berfokus pada tuturan, tetapi pada ideologi linguistik penutur (Coulmas, 2005). Oleh karena ini, pembahasan makalah ini lebih melihat pada diksi puisi yang sangat erat kaitannya dengan hakikat bahasa puisi yang penuh dengan pemadatan. Kata-kata yang dipilih penyair merupakan kata-kata yang dianggap paling tepat dalam konteks puisi tersebut. Usaha untuk mengubah kata-kata dalam larik-larik sebuah puisi dengan kata-kata yang lain dapat mengubah kesan total yang dibentuk oleh puisi. Dengan demikian, diksi puisi dalam makalah ini tidak dilihat sebagai hal yang berdiri sendiri, tetapi dilihat dalam konteks yang lebih luas karena karya sastra adalah sebuah wacana yang utuh.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Kembali
Process time: 0.015625 second(s)