Umumnya dalam kegiatan logistik terjadi pemisahan sistem pengaturan dan kebijakan antara kegiatan produksi di unit produksi dengan pendistribusian ke gudang distribusi dan pengecer. Pemisahan ini menyebabkan masing-masing eselon menentukan sendiri kebijakannya, sehingga membuat kinerja masing-masing eselon kurang baik. Agar mendapatkan sistem persediaan yang baik dan berhubungan maka perlu dilakukan koordinasi antar eselon melalui perencanaan bersama dengan memperhatikan kebutuhan masing-masing eselon dan supaya dapat saling membantu eselon yang kekurangan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengembangkan suatu sistem persediaan logistik yang memperhatikan hubungan antar eselon, seperti model logistik Senator Nur Bahagia, J.L.Toruan, dan M.Muthowif yang dapat digunakan untuk memperhatikan antar eselon. Penelitian mengembangkan dua model logistik baru, di mana pengembangan pertama merupakan penggambaran sistem logistik perusahaan PT. Tanaco Jaya Utama saat ini di mana pengecer hanya dapat memesan produk melalui gudang distribusi dan pemasokan produk dari unit produksi ke pengecer harus melalui gudang distribusi dan yang kedua merupakan pengembangan model logistik untuk usulan di mana pengecer dapat memesan produk secara tidak langsung melalui gudang distribusi atau memesan secara langsung ke unit produksi. Kriteria yang digunakan adalah ekspetasi total biaya tahunan, yang terdiri dari total biaya tahunan pada pengecer, total biaya tahunan pada gudang distribusi, total biaya tahunan pada unit produksi dan total biaya tahunan transportasi. Dengan menambah satu jalur pendistribusi barang tersebut, diharapkan perusahaan dapat meminimasi total biaya tahunan, khususnya untuk produk formalin. Penelitian diawali dengan mengumpulkan data pengecer, gudang distribusi dan unit produksi yang mencakup biaya pesan, rata-rata jumlah permintaan tahunan, biaya penyimpanan per produk per tahun dan biaya kehilangan penjualan per peroduk. Penulis selanjutnya melakukan pengolahan data dengan menghitung reorder point, safety stock, total biaya tahunan untuk masing-masing eselon dan probabilitas penggunaan jalur ditribusi menggunakan metode markov. Hasil ekspetasi total biaya tahunan model logistik perusahaan menunjukkan setiap tahunnya perusahaan mengeluarkan biaya sebesar Rp 1.839.510.000,00 untuk 11 pengecer, 2 gudang ditribusi dan 1 unit produksi, sedangkan ekspetasi total biaya tahunan model logistik usulan biaya sebesar Rp 1.601.665.600,00 yang berarti jika model logistik usulan diterapkan diharapkan dapat meminimasi total biaya sebesar Rp 237.844.400,00 |