Anda belum login :: 27 Apr 2025 23:03 WIB
Detail
BukuPerbedaan Motivasi Belajar Siswa Berusia 3-6 Tahun pada Prasekolah Montessori yang Terakreditasi Dengan yang Belum Terakreditasi di Jakarta
Bibliografi
Author: DEWI, NURI INDIRA ; Shanti, Theresia Indira (Advisor)
Topik: Motivasi Belajar; Anak Berusia 3-6 Tahun; Prasekolah Montessori; Status Akreditasi
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2007    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext:
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: FP-943
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Abstract
Sudah banyak metode pendidikan prasekolah yang muncul di Indonesia. Salah satunya adalah metode Montessori. Diambil dari nama penggagasnya, Dr. Maria Montessori, metode ini dikenal dengan prinsip freedom to choose dimana siswa dibebaskan dalam memilih pelajaran yang menarik minat mereka. Tujuan metode ini sendiri antara lain agar anak mempunyai persepsi bahwa belajar adalah kegiatan yang menyenangkan dan agar anak mempunyai kemauan yang muncul dari dalam dirinya sendiri untuk belajar. Dalam dunia psikologi dan pendidikan, tujuan tersebut terkait erat dengan konsep motivasi belajar.
Banyak orangtua yang tertarik dengan metode ini karena tujuannya tersebut namun sayangnya tidak mudah mencari prasekolah bermetode Montessori yang benar-benar menerapkan filosofi Montessori seutuhnya. Di Indonesia baru ada satu prasekolah Montessori yang terakreditasi yaitu prasekolah Montessori A. Dengan dicapainya status terakreditasi berarti prasekolah tersebut sudah memenuhi kriteria-kriteria yang diharapkan sebagai prasekolah Montessori yang baik dalam penerapan filosofi dasar Dr. Maria Montessori. Artinya tujuan untuk menumbuhkan motivasi belajar anak seharusnya dapat tercapai.
Penelitian ini ingin melihat apakah dengan status terakreditasi yang dimiliki, siswa-siswa pada prasekolah Montessori ini akan menunjukkan motivasi belajar yang berbeda dengan siswa-siswa berusia sama yang berasal dari prasekolah Montessori lain yang belum terakreditasi (Prasekolah Montessori B).
Penelitian komparatif ini menggunakan metode observasi natural. Subyek-subyek diamati pada jam sekolah dan hasil pengamatan ditulis dalam alat ukur berbentuk checklist dengan 22 item. Ke-22 item tersebut disusun berdasarkan 4 aspek yang dimiliki oleh seorang siswa yang termotivasi belajar, yaitu minat, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan (Prayitna, 1989).
Karena jumlah subyek hanya 20 orang per kelompok, maka teknik statistik yang digunakan adalah uji-u (Mann-Whitney). Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan motivasi belajar siswa berusia 3-6 tahun pada prasekolah Montessori yang terakreditasi dengan yang belum terakreditasi.
Hasil penelitian ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain perilaku guru dan bentuk alat ukur. Guru-guru di prasekolah Montessori A lebih sabar dalam memperlakukan siswa. Selama observasi berlangsung, tidak ada bentakan maupun hukuman yang diberikan guru. Semua siswa diperlakukan sama tanpa menciptakan suasana kompetisi. Sedangkan pada prasekolah B, terkadang guru harus berteriak atau marah karena anak-anak lebih sulit diatur. Selain itu guru juga terbiasa menghukum siswa dengan tidak memperbolehkannya pulang kalau duduknya belum rapi, atau memberikan insentif berupa hadiah bagi anak yang mau mendengarkan dengan baik. Dapat dikatakan bahwa motivasi belajar pada siswa-siswa prasekolah Montessori A lebih ditumbuhkan melalui proses mencintai kegiatan belajar, sedangkan motivasi belajar pada siswa-siswa Prasekolah Montessori B muncul karena disebabkan oleh faktor hukuman, hadiah, dan harapan ( De Cecco, 1968). Karena penelitian ini hanya melihat muncul atau tidaknya perilaku-perilaku yang mengindikasikan motivasi belajar maka hasilnya tidak berbeda. Namun jika penelitian ini ingin melihat bentuk-bentuk motivasi belajar yang muncul, apakah intrinsik atau ekstrinsik, mungkin hasilnya akan berbeda secara signifikan.
Alat ukur yang hanya terdiri dari opsi “muncul” dan “tidak muncul” juga mempersempit range perbedaan yang ada. Jika alat ukur berbentuk skala kontinuum atau perhitungan frekuensi secara detail, mungkin motivasi belajarnya akan terlihat berbeda secara signifikan.
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya melibatkan lebih banyak subyek supaya hasilnya dapat lebih mewakili populasi. Selain itu penggunaan alat bantu video camera juga akan sangat berguna karena memudahkan analisa dan menghindari subyektifitas observer.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.09375 second(s)