Bekerja merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia harus bekerja untuk mencukupi kebutuhannya, khususnya kebutuhan finansial. Namun selain untuk memenuhi kebutuhan finansial, ternyata bekerja juga dapat memberikan makna pada kehidupan, aktifitas yang memuaskan, dan dapat menjadi sarana untuk mengembangkan kreatifitas (Perlmutter & Hall, dalam Hoffman, Paris & Hall, 1994). Walaupun bekerja merupakan hal penting dalam tahap kehidupan manusia, seseorang tidak dapat bekerja sepanjang hidupnya, meski ia masih merasa mampu. Hal ini dikarenakan beberapa hal seperti keterbatasan fisik dan kemampuan seseorang atau kebijakan-kebijakan yang menentukan bahwa seseorang telah habis masa kerjanya, khususnya dalam pekerjaan formal, diantaranya Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1979 dan Peraturan Pemerintah No. 02 tahun 1993 tentang batas usia pensiun. Bagi pegawai negeri atau karyawan yang terikat oleh peraturan batas usia pensiun, kehilangan pekerjaan pada masa ini membutuhkan kemampuan menyesuaikan diri. Kesulitan dalam menyesuaikan diri akan menimbulkan stress terutama jika individu masih merasa mampu, produktif dan berpengalaman dalam bidang pekerjaan yang ditekuni sepanjang kehidupannya. Tekanan atau stres yang dialami individu saat merasakan perubahan pola dalam kehidupannya, membuat individu merasa tidak nyaman dan mendorongnya untuk melakukan coping terhadap stres tersebut. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai permasalahan yang dihadapi pensiunan dan jenis strategi coping yang digunakan dalam situasi yang menekan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode wawancara. Dalam peneltiian ini digunakan dua orang subyek yang telah pensiun dari pekerjaan formalnya selama maksimal dua tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stressor yang muncul pada kedua subyek berada pada area masalah penyesuaian diri dalam aspek finansial dan sosial, dan psikologis. Gaya coping stres yang digunakan oleh kedua subyek berbeda berdasarkan area masalah. Pada area masalah finansial, kedua subyek menggunakan gaya coping problem-focused yang didominasi dengan strategi coping merencanakan pemecahan masalah (planful problem solving). Sedangkan untuk area masalah sosial yaitu kehilngan relasi kerja, gaya coping yang digunakan didominasi oleh emotion-focused coping yaitu melepaskan diri (distancing). Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk penelitian lanjutan adalah pemilihan subyek dengan riwayat kerja yang lebih beragam dan penelitian dengan metode kuantitatif untuk mengetahui stresor dan strategi coping yang dominan yang terjadi pada individu. |