Penelitian ini diawali dengan pengamatan penulis akan peningkatan populasi lansia yang besar dan fakta kecilnya populasi lansia yang menerima tunjangan dari pemerintah. Berdasarkan pengamatan terhadap fenomena tersebut maka dapat diperkirakan besarnya jumlah lansia yang terancam kesejahteraannya di masa mendatang. Hal tersebut mengindikasikan makin meningkatnya beban yang harus ditanggung oleh keluarga, masyarakat maupun pemerintah dalam menyediakan pelayanan dan fasilitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Salah satu bentuk dari fasilitas yang disediakan oleh pemerintah ini adalah Panti Werdha. Panti Werdha diadakan dengan tujuan untuk menjadi lembaga pengganti keluarga yang mampu memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi para lansia yang karena suatu sebab tidak lagi memiliki keluarga, atau masih memiliki keluarga namun tidak dapat dirawat dalam keluarga tersebut. Panti Werdha sebagai lembaga pengganti keluarga yang diharapkan mampu memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi para lansia harus mampu menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pada para lansia. Para lansia yang mengalami perubahan ini lebih banyak mengalami berbagai kemunduran daripada kemajuan, baik dalam aspek fisik, aspek mental dan emosional, aspek sosial maupun aspek psikologis. Lansia mengalami kemunduran dalam kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan baru dan berinteraksi dalam lingkungan sosialnya (Turner & Helms, 1995). Lansia diharapkan pula untuk mampu beradaptasi terhadap perubahan-perubahan atau kemunduran-kemunduran yang mereka alami. Hal tersebut tidak mudah karena situasi baru sering terasa asing, tidak jelas, dan segalanya menjadi tidak pasti bagi seseorang. Oleh karena itu, tidak jarang pula lansia kemudian merasa khawatir terhadap keuangan, kesehatan, kematian, dan dalam menghadapi berbagai peristiwa yang dialaminya (Atchley, 1985). Saat memasuki usia lanjut, kekhawatiran merupakan salah satu masalah psikologis yang sering dialami oleh lansia (Suara Merdeka, 2003). Kekhawatiran merupakan keadaan emosional yang tidak menyenangkan yang seringkali disertai dengan perubahan fisiologis dan perilaku (Medicastore, 2002). Kekhawatiran yang berlebihan merupakan salah satu gejala psikologis yang menunjukkan adanya kecemasan. Jika kecemasan menjadi di luar kendali dan berlangsung lama, sehingga dapat mengganggu aktivitas kehidupan yang normal, maka dapat berkembang menjadi suatu kondisi klinis yang disebut Generalized Anxiety Disorder dan akan sangat mempengaruhi kehidupan penderitanya sehingga bisa terjadi depresi. Oleh karena itu, masalah kekhawatiran ini menjadi sangat penting untuk ditangani sebagai tindakan preventif dalam pencegahan masalah psikologis yang lebih berat seperti anxiety dan depresi. Salah satu upaya penanganan awal yang dapat dilakukan adalah melalui penyediaan alat ukur kekhawatiran yang berfungsi untuk mengetahui tingkat kekhawatiran yang dialami lansia. Salah satu alat ukur kekhawatiran yang dapat digunakan adalah The Abbreviated Penn State Worry Questionnaire (PSWQ-A) tetapi alat ukur ini belum teruji validitas dan reliabilitasnya di Indonesia. Peneliti menemukan pula bahwa belum terdapat alat ukur kekhawatiran yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya di Indonesia. Padahal masalah kekhawatiran tersebut di atas sangat penting untuk segera ditangani. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas alat ukur PSWQ-A pada lansia di Indonesia. Dalam uji psikometri ini, peneliti akan melakukan uji analisis item, validitas, dan reliabilitas PSWQ-A. Analisis item dapat dilakukan secara kuantitatif, yaitu dengan menggunakan metode corrected item-total correlation ; dan secara kualitatif, yaitu melalui proses face validity dan content validity. Pengujian validitas dilakukan melalui uji validitas konstruk, baik dengan kriteria internal, yaitu dengan uji internal consistency maupun dengan kriteria eksternal, yaitu dengan korelasi dengan alat tes lama. Untuk pengujian reliabilitas tes PSWQ-A peneliti menggunakan metode satu kali administrasi dengan metode coefficient alpha (alpha Cronbach). Berdasarkan hasil analisis item dengan menggunakan uji Corrected item-total correlation terdapat 7 item tes yang berkorelasi signifikan dengan skor total tes. Oleh karena itu, 7 item tes tersebut, dari jumlah total 8 item tes, dapat digunakan untuk mengukur konstruk worry. Sementara hasil pengukuran validitas konstruk dengan menggunakan metode uji internal consistency dan korelasi dengan alat tes lama menunjukkan bahwa alat ukur PSWQ-A tepat mengukur konstruk worry pada lansia di Panti Werdha propinsi DKI Jakarta. Pengujian reliabilitas tes dengan menggunakan metode alpha Cronbach menunjukkan konsistensi keseluruhan item alat ukur PSWQ-A dalam mengukur konstruk worry pada lansia di Panti Werdha propinsi DKI Jakarta adalah baik. Penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan metode kuantitatif. Penelitian ini merupakan studi awal untuk melakukan adaptasi (pilot study) alat ukur PSWQ-A. Penelitian akan dilakukan di beberapa panti werdha yang ada di propinsi DKI Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik judgemental sampling. Karakteristik subjek penelitian ini, yaitu : lansia berusia 65 tahun ke atas, tidak pikun dan tidak sedang menjalani perawatan medis untuk masalah akut apapun, dan pernah menjalani pendidikan formal minimal SD atau yang sejenisnya pada masa mereka. |