Anda belum login :: 03 Jun 2025 00:24 WIB
Detail
BukuHubungan antara Perceived Social Support dan Kecenderungan Bunuh Diri (Suicide Tendency) pada Remaja di SMP Budi Mulia
Bibliografi
Author: Witan, Rosa Delima ; Halim, Magdalena Surjaningsih (Advisor)
Topik: perveived social support; suicide tendency (kecenderungan bunuh diri); adolescent (remaja).
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2006    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext:
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: FP-906
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Abstract
Masa remaja adalah masa peralihan dan pembentukan identitas yang kritis dan penuh gejolak. Banyak perubahan yang terjadi pada masa ini dan dibutuhkan penyesuaian diri yang baik pada remaja agar mereka tidak merasa tertekan, putus asa, merasa tidak dihargai dan tidak dicintai. Bila keadaan ini terjadi maka memungkinkan remaja untuk memandang kehidupan sebagai hal yang tidak berharga atau tidak layak dijalani. Hal ini berpeluang menjadi sumber stres dan depresi, sehingga tidak mengherankan jika banyak remaja yang mengalami suatu ketidakbahagiaan diungkapkan dalam bentuk suicidal thoughts atau acts (De Wilde, 2000) lalu memandang kematian sebagai hal yang lebih baik dari kehidupan dan berujung pada tindakan bunuh diri. Agar remaja dapat melewati masa peralihan ini dan terbentuknya identitas diri yang baik, maka diperlukan support dari lingkungan sosialnya. Social support ini dapat berbentuk penerimaan terhadap identitas diri yang dibentuk remaja maupun pemberian feedback dan bantuan agar dapat melalui proses pengembangan identitas dirinya.
Berbagai penelitian menemukan bahwa social support memiliki peranan penting dalam meredam bunuh diri (Goldsmith, Pellmar, Kleinman & Bunney, 2002). Keyakinan remaja bahwa ada orang-orang yang akan membantu, mencintai dan membutuhkan dirinya dapat mempererat ikatan individu terhadap lingkungan sosialnya. Hal ini mempengaruhi remaja dalam memandang hidupnya sebagai hal yang berarti dan tentu tidak menginginkan kematian, sehingga menjauhkan remaja dari kemungkinan melakukan bunuh diri.
Meski social support sudah tersedia dari lingkungan, namun remaja seringkali tidak melihat hal-hal itu sebagai bentuk support baginya. Keadaan ini membuat tertutupnya akses bantuan untuk diri remaja sehingga tidak tersampaikan dengan baik. Support yang ada menjadi tidak bermanfaat atau bahkan tidak akan tergunakan. Ilustrasi ini menggambarkan penggunaan social support dipengaruhi bagaimana individu mempersepsikan support yang ada. Berdasarkan gambaran diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk melihat apakah perceived social support yang dirasakan oleh remaja berhubungan dengan kecenderungan bunuh diri (suicide tendency) yang dapat dialami remaja.Adapun penelitian ini dilakukan pada remaja dari SMP Budi Mulia Jakarta dengan melalui tahap screening data demografi, guna memperoleh sampel yang sesuai dengan karakteristik yang diinginkan, yaitu subyek berusia 12-18 tahun, berstatus ekonomi sosial (SES) menengah ke bawah, dan memiliki rentang nilai total 1-16 dalam skala depresi Beck Depression Inventory (BDI). Setelah melewati proses screening dan kelengkapan pengisian, didapat 48 kuesioner yang dapat digunakan dalam penelitian ini dari 360 kuesioner yang disebarkan.
Uji Pearson Product Moment Correlation terhadap 48 responden, menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara Social Support Questionnaire Satisfaction (SSQS) dan aspek Attraction to Life dalam Multi-Attitude Suicide Tendency (MAST) serta hubungan negatif yang signifikan antara SSQS dan aspek Repulsion by Life dalam MAST. Hal ini menyatakan bahwa semakin puas seseorang terhadap support yang diterima membuat individu lebih pro terhadap kehidupan. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian dimana kepuasan seseorang dengan social support yang dimiliki membuat individu melihat hidup sebagai hal yang berharga dan layak dijalani.Hasil uji korelasi yang sama juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara SSQS dengan aspek Repulsion by Death dan Attraction to Death pada MAST; maupun antara Social Support Questionnaire Number (SSQN) dengan aspek Repulsion by Death dan Attraction to Death pada MAST. Hal ini menyatakan bahwa hubungan dengan lingkungan sosial tidak berhubungan dengan kepercayaan dan interpretasi individu terhadap kematian dan pandangannya terhadap bunuh diri.
Hal lain yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara SSQN dan semua aspek MAST. Hasil tersebut menunjukkan bahwa banyaknya social support yang dimiliki seseorang tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kecenderungan bunuh diri.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.078125 second(s)