Masalah ekonomi Indonesia sebenarnya dapat diatasi dengan mengembangkan entrepreneurship. Hal ini diungkapkan oleh McClelland (dalam Astamoen, 2005), di mana suatu negara akan mencapai tingkat kemakmuran apabila jumlah entrepreneurnya paling sedikit 2% dari total jumlah penduduknya. Di Indonesia sendiri diperkirakan keberadaan entrepreneur baru sekitar 0,2%. Dengan perhitungan angka 2% menurut David McClelland tersebut, maka bila jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2005 diproyeksikan menjadi 225 juta jiwa, setidaknya diperlukan lebih dari 4 juta entrepreneur, baik dalam skala besar maupun usaha kecil dan menengah. Dengan kata lain, untuk Dengan kata lain, untuk meningkatkan perekonomian, Indonesia masih kekurangan 3,6 juta lebih entrepreneur (Astamoen, 2005). Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa entrepreneur belum terlalu berkembang di Indonesia. Meskipun demikian, salah satu provinsi di Indonesia, yaitu provinsi Bangka-Belitung, khususnya Bangka sekarang ini sedang mencoba mengembangkan entrepreneurship. Masyarakat Bangka sebenarnya memiliki potensi kekuatan entrepreneur yang sukses. Terlihat dari beragamnya sektor-sektor ekonomi yang digeluti oleh masyarakat Bangka. Dimulai dari perikanan, pertambangan, pertanian, perkebunan, kehutanan hingga pariwisata (http://www.bangka.go.id/hasil_penting.htm). Keberhasilan kinerja berwirausaha ini juga turut dipengaruhi oleh suku bangsa tionghoa yang telah lama membaur dalam masyarakat Bangka. Dalam sejarah telah diketahui bahwa suku Tionghoa - suku Hakka telah datang ke Pulau Bangka sejak pertengahan tahun 1700 yang lalu. Di Indonesia, saat ini diperkirakan sekitar 70% perekonomiannya berada di tangan orang-orang Tionghoa (www.tripod.com). Ternyata, keberhasilan ini dapat terwujud karena dalam membangun usahanya, orang-orang Tionghoa menekankan sistem nilai yang mementingkan kerajinan, kehematan, kemandirian, ketekunan, pengandalan pada diri sendiri, semangat berusaha, keterampilan, serta rasa saling percaya dan kebersamaan yang kuat antar sesama mereka (Tan, 1981). Cunningham (dalam Riyanti 2003) menunjukkan bahwa keberhasilan wirausahawan 49 % berkaitan dengan sifat-sifat kepribadian, seperti keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan baik, keinginan untuk berhasil, motivasi diri, percaya diri, berpikir positif, komitmen dan sabar. Sukardi (1991) dalam disertasinya melakukan studi komprehensif dan menyimpulkan bahwa terdapat sembilan karakteristik utama dalam diri seseorang wirausahawan. Dalam penelitiannya tersebut, Sukardi telah berhasil menciptakan sebuah alat ukur sembilan sifat wirausaha. Alat ukur ini telah berhasil menemukan sembilan sifat kewirausahaan yang mempengaruhi keberhasilan seorang wirausaha. Sembilan sifat tersebut adalah sifat instrumental, prestatif, keluwesan bergaul, kerja keras, keyakinan diri, pengambilan resiko, swakendali, inovatif dan kemandirian. Setelah penelitian yang dilakukan Sukardi, Tamar (dalam Riyanti, 2003) kemudian melakukan penelitian untuk mencari hubungan antara keberhasilan manager KUD di Sulawesi Selatan dengan sembilan sifat wirausaha menurut Sukardi (1991). Penelitian kembali dilakukan oleh Riyanti (2003) pada sentra usaha kecil yang berada di DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Pada tahun berikutnya, penelitian kembali dilakukan oleh Christine (2004), Lie (2004), dan Christian (2004). Christine (2004) melakukan penelitiannya terhadap mahasiswa beretnis Tionghoa yang tinggal di Jakarta, Lie (2004) melakukan penelitiannya terhadap mahasiswa Bali yang tinggal di Jakarta dan di Bali itu sendiri, sedangkan Christian (2004) melakukan penelitiannya terhadap mahasiswa yang beretnis Batak.Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan uji psikometri guna mengembangkan alat ukur sembilan sifat wirausaha menurut Sukardi tersebut, sehingga dapat menjadi alat ukur yang valid dan reliabel. Subyek pada penelitian kali ini adalah masyarakat Bangka yang beretnis tionghoa, karena peneliti melihat bahwa masyarakat Bangka sekarang ini sedang mencoba mengembangkan entrepreneurship, dan keberhasilan kinerja berwirausaha ini juga turut dipengaruhi oleh suku bangsa tionghoa yang telah lama membaur dalam masyarakat Bangka.Dalam perhitungan try out, peneliti menggunakan uji t-test dan skor corrected item-total correlation dengan rumus pearson product moment. Berdasarkan perhitungan diperoleh 90 item yang digunakan untuk penelitian field. Dalam pengolahan data field, peneliti melakukan uji normatitas dan identifikasi outliers, dimana subyek yang memiliki nilai ekstrim tidak diikutsertakan dalam perhitungan-perhitungan selanjutnya. Selain itu, peneliti juga melakukan perhitungan corrected item-total correlation dan analisa faktor level item maupun domain. Berdasarkan skor corrected item-total correlation diperoleh satu item tidak valid dari skala instrumental, satu item tidak valid dari skala prestatif, satu item tidak valid dari skala keyakinan diri, satu item tidak valid dari skala swakendali, dan dua item tidak valid dari skala kemandirian. Berdasarkan hasil analisa faktor menunjukkan bahwa seluruh skala sifat memiliki beberapa subfaktor lain di dalamnya. Sedangkan pada analisa faktor level domain, menunjukkan tidak adanya overlapping (tumpang-tindih) antara skala yang satu dengan skala yang lainnya. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa seluruh skala sifat adalah reliabel. Berdasarkan uji perbandingan mean, diketahui bahwa sembilan sifat wirausaha pada wirausaha di Bangka tergolong tinggi. |