Alat tes proyektif sebagai salah satu alat tes kepribadian merupakan salah satu alat yang mengalami pertumbuhan fenomenal. Fairy Tale Test (FTT) sebagai sebuah alat tes proyektif, merupakan alat tes yang baru, dirancang untuk anak usia 7-12 tahun. FTT sendiri merupakan sebuah alat tes proyektif yang memadukan teknik kuantitatif dan kualitatif dalam interpretasinya. Alat tes ini terdiri dari 7 set kartu, dimana setiap set terdiri dari 3 buah kartu. Setiap set kartu memiliki gambar yang berbeda (diambil dari tokoh di cerita dongeng), yaitu: (1) Little Red Ridinghood, (2) Wolf, (3) Dwarfs, (4) Witch, (5) Giant, (6) Scenes from Little Red Ridinghood, dan (7) Scenes from Snow White and the Seven Dwarfs. Dalam perkembangannya, FTT telah diadaptasi ke beberapa negara, dan saat ini sedang dalam proses pengadaptasian di Indonesia. Dalam perkembangannya terdapat 29 subskala yang dapat diskor pada FTT. Salah satu dari subskala tersebut adalah subskala-subskala agresi, yang terdiri dari 7 subskala. Dengan melihat fenomena yang ada saat ini dimana kekerasan atau agresi sudah begitu dekat dengan kehidupan anak-anak, dan agresi tersebut dapat mempengaruhi kepribadian anak kelak, maka alat tes FTT yang memiliki subskala agresi dan sedang dalam proses adaptasi di Indonesia dianggap perlu diuji secara psikometri. Dari pemikiran ini, maka timbul pertanyaan: bagaimana validitas dan reliabilitas alat tes FTT dalam bahasa Indonesia khususnya pada subskala-subskala agresi? Untuk melakukan uji reliabilitas peneliti menggunakan teknik interrater reliability. Sedangkan untuk uji validitas peneliti menggunakan teknik validitas konstruk dengan kriteria internal dan eksternal. Untuk validitas konstruk dengan kriteria internal dilakukan analisis faktor, dan untuk validitas konstruk dengan kriteria eksternal dilakukan korelasi dengan alat tes lain. Alat tes lain yang digunakan adalah Children’s Personality Quesstionaire (CPQ) yang mengukur 14 buah faktor kepribadian. Namun, pada teknik ini korelasi yang dilakukan hanya antara subskala-subskala agresi pada FTT dengan faktor B dan G pada CPQ, dan subskala aggression as dominance pada FTT dengan faktor E pada CPQ. Sampel pada penelitian ini sebanyak 143 anak yang usianya bervariasi dari 7-12 tahun, dengan sekolah bervariasi di lima wilayah DKI Jakarta (Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara). Berdasarkan hasil penelitian, didapat reliabilitas yang memuaskan, dimana semua subskala agresi memiliki koefisien korelasi yang signifikan antar scorer. Dari analisis faktor terhadap 29 subskala didapat 11 buah faktor, dengan 5 subskala memiliki factor loading yang cukup besar pada dua faktor, dan 1 subskala tidak memiliki factor loading yang cukup besar di faktor manapun. Subskala agresi sendiri terbentuk menjadi 6 faktor, dimana ada subskala aggression as envy dan aggression type A memiliki muatan pada faktor yang sama, dan subskala oral aggression memiliki muatan yang cukup besar pada dua faktor. Hasil korelasi subskala agresi pada FTT dengan beberapa faktor pada CPQ menunjukkan bahwa sebagian besar subskala agresi pada FTT tidak berkorelasi dengan beberapa faktor pada CPQ dengan pengecualian pada beberapa subskala, yaitu instrumental aggression dan oral aggression. Melalui hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa alat ini memiliki reliabilitas yang memuaskan, namun belum memuaskan secara konstruk (khususnya subskala-subskala agresi). Namun, ada banyak hal yang mempengaruhinya, dan karenanya bukan berarti alat ini tidak dapat dipakai di Indonesia. |