PT . Indogravure adalah sebuah perusahaan yang terpadu dan terkemuka dalam skala nasional, perseroan ini pertama di Indonesia yang memproduksi kemasan fleksibel (flexible packaging) yang terdiri dari beberapa kategori produk yakni Polycellonium, Polypaper, PTP foil, Polypanium, Polycello dan lain-lain.Hasil dari produknya terbagi menjadi enam jenis utama Pharmaceutical, Health Foods, Agrochemicals, Foods, Cosmetics, Veterinaries. PT . Indogravure dituntut untuk selalu menghasilkan produk yang sesuai dengan kualitas atau standar yang telah ditentukan, namun pada kenyataannya selalu ada keluhan dari pelanggan terhadap produk yang sudah dikirim, selain itu banyak produk yang mengalami ketidaksesuaian atau penyimpangan pada saat proses produksi di lantai produksi perusahaan. Berdasarkan data yang diperoleh selama tahun 2005 diketahui bahwa kategori produk polycellonium memiliki persentase cacat terbesar yakni 6,162 % dengan perincian jumlah produksi sebanyak 67.448.989 m2 dan jumlah produk cacat 4.156.070 m2. Setelah dilakukan penelusuran tiap proses produksi produk Polycellonium selama 3 periode dari Januari sampai Maret 2006 didapat informasi bahwa terdapat dua proses yang sangat signifikan menghasilkan produk cacat, yaitu proses printing sekitar 5,370 % dan proses laminating sekitar 5,930 %. Tingkat cacat tersebut lebih besar dari standar perusahaan. Produk Polycellonium memiliki karakteristik kualitas yang berbeda tiap prosesnya, produk ini dikatakan berkualitas jika memenuhi spesifikasi produk yang diminta oleh konsumen. Karakteristik inilah yang senantiasa menjadi potensi cacat, meskipun telah dilakukan pemeriksaan oleh petugas quality control, terkadang produk cacat ini masih ada yang lolos dari pemeriksaan dan kemudian terkirim ke proses selanjutnya, bahkan ada yang sampai ke konsumen. Untuk mengetahui sumber penyebab cacat digunakan analisis fuzzy FMEA berdasarkan pada hasil brainstorming para ahli dan output berupa Fuzzy RPN (Risk Priority Number) tertinggi untuk masing-masing modus kegagalan pada tiap proses. Tahapan pembuatan Fuzzy FMEA diawali dengan pembuatan Cause and Effects Diagram (CED) untuk mengidentifikasi penyebab dan akar penyebab kegagalan. Selanjutnya membuat Cause Failure Mode Effect Diagram (CFMED) untuk membantu mengidentifikasi efek, modus kegagalan dan akar penyebab masalah. Hasil CFMED akan mempermudah pembuatan FMEA. Selanjutnya menentukan nilai input Fuzzy berupa Severity, Occurrence dan Detection pada FMEA dengan brainstorming. Langkah berikutnya adalah menghitung nilai Fuzzy RPN dengan pendekatan logika Fuzzy. Usulan tindakan perbaikan untuk peningkatan kualitas yang diberikan berdasarkan nilai Fuzzy RPN tertinggi sampai terkecil diharapkan mampu mengatasi masalah yang ada pada perusahaan dan dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Nilai Fuzzy RPN untuk cacat misregister yang tertinggi adalah 792 dan yang terkecil sebesar 364. Nilai Fuzzy RPN untuk cacat warna menyimpang, foil mengelupas, dan keriput yang tertinggi adalah 883 dan yang terkecil sebesar 318 . Setelah dipecahkannya masalah, perusahaan dapat memakai prosedur Deming Cycle untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah lain yang ada di lantai produksi khususnya yang berkaitan dengan kualitas produk. |