Anda belum login :: 21 Feb 2025 19:06 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
MIKROPROPAGASI TANAMAN RAMBUTAN RAPIAH
Bibliografi
Author:
Husni, Ali
;
Supriayati, Y.
(Co-Author);
Hutami, S.
(Co-Author);
Mariska, I.
(Co-Author);
Utami, S.
(Co-Author)
Bahasa:
(ID )
Penerbit:
Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia
Tempat Terbit:
Malang
Tahun Terbit:
2005
Jenis:
Papers/Makalah - pada seminar nasional
Fulltext:
Makalah-Ali Husni-Rambutan.pdf
(148.68KB;
2 download
)
Abstract
Permintaan akan komoditas rambutan rapiah (Nephelium lappaceum, L.) terus
meningkat dari tahun ketahun karena rasanya enak, manis dan bergizi. Namun demikian usaha
membudidayakan tanaman ini belum dilakukan secara intensif sehingga produksi dan kualitasnya
belum optimal. Kemampuan inovasi teknologi dalam upaya memperoleh bibibt unggul yang
banyak dan bermutu sangat menentukan daya saing produk tersebut di pasar global. Teknologi
kulutur in vitro merupakan salah satu alternatif yang baik digunakan untuk pengadaan bibit
unggul tersebut karena teknik ini dapat menghasilkan bibit dalam jumlah yang banyak, bebas
penyakit, tidak tergantung musim, bahan tanaman yang digunakan sedikit serta biaya
pengangkutan lebih murah.Untuk itu maka dilakukan penelitian untuk mencari metoda
perbanyakan bibit rambutan rapiah melalui kultur in vitro. Jaringan yang digunakan sebagai
eksplan adalah batang 1 buku dan tunas terminal dari tunas muda hasil cangkok di rumah kaca.
Kedua jenis eksplan yang telah dibersihkan disterilisasi dengan alkohol 70% selama 2-5 menit,
HgCl2 0.5% selama 1 menit, clorox 30% selama 5 menit dan terakhir clorox 20% selama 8-10
menit, lalu dibilas dengan aquades steril sebayak lima kali. Media yang digunakan adalah MS,
WPM, DKW dan Anderson yang ditambah dengan kombinasi BA (0.5, 1.0, 1.5 dan 2.0 mg/l) dan
TDZ (0.5 mg/l). Untuk mengatasi masalah pencoklatan digunakan anti oksidan PVP 250 mg/l.
Untuk mendapatkan tunas yang banyak dilakukan subkultur pada media baru untuk
meningkatkan daya multiplikasi tunas. Tunas-tunas yang dihasilkan dipindahkan kemedia
perakaran untuk menginduksi terbentuknya akar.Plantlet yang terbentuk diaklimatisasi dirumah
kaca. Dari hasil penelitan yang dilakukan terhadap perlakuan jenis media setelah sterilisasi
diperoleh bahwa jumlah eksplan hidup paling banyak berasal dari media MS dengan kisaran 3 –
11 (10-37%) dan WPM dengan kisaran 5 – 6 (13-20%) untuk eksplan batang satu buku serta 0 – 2
(0-6.7%) dan 1-2 3.3-6.7% untuk eksplan pucuk. Bila dilihat dari zat pengatur tumbuh yang
digunakan maka kombinasi TDZ 0.5 mg/l dengan BA 2 mg/l memberikan hasil yang lebih
banyak yaitu 11 eksplan pada media MS dan 6 eksplan dari kombinasi TDZ 0.5 mg/l dengan BA
1.5 mg/l untuk media WPM.. Eksplan dapat bermultiplikasi pada media MS dan WPM dengan
menggunakan batang nodus tunggal. Sedangkan eksplan pucuk tidak dapat melakukan
multiplikasi karena adanya pengaruh dominasi apikal. Tingkat multiplikasi paling banyak berasal
dari media MS yang diperkaya dengan kombinasi BA 0.3 mg/l dengan TDZ 2 mg/l yaitu
sebanyak 7 tunas. Kemudian diikuti oleh BA 0.5 dengan TDZ 2 mg/l sebanyak 6 tunas dan 3
tunas dari kombinasi BA 1 mg/l dengn TDZ 2 mg/l. Sub kultur yang berulang tidak dapat
meningkatkan daya multiplikasi tunas walaupun sudah dilakukan subkultur pada media baru.
Induksi akar pada WS 5 dapat meningkatkan jumlah akar dengan rata-rata 4.5. Aklimatisasi pada
media campuran tanah:kompos (1:1) merupakan kompossi media aklimatisasi yang dapat
digunakan untuk tanaman rambutan rapiah.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Lihat Sejarah Pengadaan
Konversi Metadata
Kembali
Process time: 0.171875 second(s)