Anda belum login :: 25 Nov 2024 19:15 WIB
Detail
ArtikelKomunikasi yang Mangkus (Efektif), Jembatan Emas ke Pemahaman antara Manusia  
Oleh: Napitupulu, W.P.
Jenis: Article from Journal - ilmiah nasional
Dalam koleksi: Komunika: Majalah Ilmiah Komunikasi Dalam Pembangunan vol. 9 no. 1 (2006), page 17-24.
Topik: Komunikasi yang Efektif; Mangkus
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: KK26.1
    • Non-tandon: 1 (dapat dipinjam: 0)
    • Tandon: tidak ada
    Lihat Detail Induk
Isi artikelAnak manusia berbeda dengan anak serangga. Anak manusia begitu dilahirkan, praktis tidak mampu berbuat banyak hal alias tak berdaya (helpless), paling-paling hanya mampu (naluri atau insting manusia terhatas jumlahnya) menangis karena kotor, kedinginan, kepanasan atau menyusu karena lapar. Anak serangga, sebaliknya, begitu keluar dari kepompong, umpamanya kupu-kupu dapat langsung terbang clan mampu mencari nafkah, karena sudah diberi naluri yang lengkap. Pada umumnya hewan memiliki naluri yang lebih banyak dan lengkap dibandingkan dengan manusia. Melalui proses pendidikan, tentu anak manusia itu perlu dibantu agar menjadi manusia yang bukan hanya mampu berdiri sendiri, tetapi mampu berkomunikasi dengan sesama manusia dan mampu menjadi manusia yang paling mangkus atau efektif di dalam kehidupannya Berhubung kita bertujuan, agar anak manusia itu tumbuh kembang menjadi manusia yang sangat mangkus, melalui pendarah dagingan tujuh buah kebiasaan yang dikemukakan oleh Covey, maka di bawah ini secara singkat akan diuraikan inti ajaran beliau itu, karena hal ini terkait sangat erat dengan soal komunikasi yang menjadi topik pembicaraan kita. Anak manusia sangat tergantung kepada sesama manusia (dependensi), dan paradigma-cara memandang dunia-yang digunakan adalah 'Anda (you) memelihara saya, memberi pangan, pakaian, dan papan kepada saya; saya tidak mampu hidup tanpa Anda!' Melalui proses pendidikan, anak manusia itu dijadikan mampu memiliki kebiasaan-kebiasaan (a) proaktif, merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan (proactive ); (b) memperhatikan tujuan yang akan diraih (to keep the end in mind); clan (c) mendahulukan mana yang perlu didahulukan (ambeg parama arta-prioritizing). Jika ketiga kebiasaan ini (a, b, dan c) sudah didarahdagingkan, maka seseorang akan mengalami 'kemenangan pribadi' (private victory) dan ia akan mampu mandiri (independensi) serta paradigma yang digunakan berubah menjadi 'Aku (I) yang merencanakan, aku yang bertanggungjawab, dan aku akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan itu!
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0.015625 second(s)