Remaja menginginkan pandangan positif dari kelompok teman sebaya mereka. Hal ini berhubungan dengan harga diri mereka. Pandangan positif dapat meningkatkan harga diri remaja. Masalah timbul saat kelompok teman sebaya sebagai kelompok acuan menilai positif konsumsi rokok. Berbagai fakta mengarah pada remaja SLTA (usia 15-19 tahun) yang secara umum dilihat sebagai awal ketertarikan konsumsi rokok. Dampak lebih lanjut adalah remaja menjadi perokok tetap di kemudian hari dengan konsumsi yang meningkat. Penelitian dimaksudkan untuk melihat intensi remaja mengurangi konsumsi rokok, agar dapat dikembangkan kampanye anti rokok yang efektif dan efisien pada remaja, khususnya untuk perokok dalam mengurangi konsumsi rokok mereka. Penelitian ini termasuk dalam field studies dengan pengujian korelasi antara self esteem dengan intensi remaja SLTA (15-19 tahun) untuk mengurangi konsumsi rokok. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling dan memiliki karakteristik remaja SLTA (15-19 tahun) yang mengkonsumsi rokok. Untuk pengujian self esteem digunakan alat SLSC-R yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia yang memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,775 untuk item self liking dan 0,5329 untuk item self competence. Sedangkan untuk mengukur intensi mengurangi konsumsi rokok didapat koefisien reliabilitas sebesar 0,776 setelah melalui uji reliabilitas dengan rumus coefficient alpha dari Cronbach. Penelitian dilakukan pada 30 subjek yang sesuai dengan karakteristik subjek dengan menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Hasil yang didapat adalah hubungannya tidak signifikan antara komponen self liking dan self competence dari self esteem (harga diri) dengan intensi remaja SLTA (15-19 tahun) untuk mengurangi konsumsi rokok. Hal ini berarti bahwa pandangan positif yang merupakan sumber self esteem tidak menyebabkan seseorang untuk memiliki intensi mengurangi konsumsi rokok. |