Bekerja merupakan suatu aktivitas yang penting dalam kehidupan seseorang. Dengan bekerja, seseorang dapat memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologisnya. Namun demikian, pada batas waktu tertentu, seseorang harus menjalani masa pensiun atau tidak bekerja lagi. Kehadiran masa pensiun ini bukanlah hal yang mudah diterima dan dijalani. Seperti yang diungkapkan oleh Davis & Newstrom (1985) bahwa masa pensiun adalah salah satu peristiwa dalam hidup yang paling sulit untuk menyesuaikan diri sehingga membutuhkan persiapan bagi yang akan menjalankannya. Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan dan tidak sedikit orang yang mengalami kecemasan saat menghadapi masa pensiun tersebut. Kecemasan yang dimaksud adalah suatu kondisi psikologis yang ditandai dengan perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan, khawatir, takut, dan tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang (Lazarus, 1976). Pada umumnya, kecemasan yang dirasakan oleh individu yang akan memasuki masa pensiun lebih terkait dengan perubahan sosial, misalnya kecemasan akan indentitas sosial, perasaan takut diasingkan, cemas karena merasa tidak mampu bersosialisasi lebih luas, dan takut kehilangan rekan-rekan sekerjanya selama ini (Fletcher & Hansson, 1991). Namun demikian, kecemasan sosial seseorang ini tidak terlepas dari coping yang dilakukannya dalam menghadapi masa pensiun. Secara umum, ada tiga jenis coping yang biasa dilakukan oleh seseorang, yaitu coping yang berfokus pada masalah, emosi, dan penilaian. Kecemasan sosial dan coping ini tentunya berhubungan dengan kepribadian orang tersebut. Tipe kepribadian yang cukup erat kaitannya dengan dunia kerja adalah kepribadian tipe A dan tipe B. Individu dengan kepribadian tipe A memiliki karakteristik yang agresif, kompetitif, workaholic, dan cenderung otoriter. Sedangkan, individu yang berkepribadian tipe B memiliki karakteristik yang sebaliknya. Penelitian ini ingin melihat apakah terdapat perbedaan tingkat kecemasan sosial dan coping menjelang masa pensiun antara individu tipe A dan individu tipe B. Subyek dalam penelitian ini adalah pegawai Bank Indonesia yang akan memasuki masa pensiun yaitu berusia 54-56 tahun, masih aktif bekerja ataupun telah menjalani MPP (Masa Persiapan Pensiun). Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimental dengan jumlah sampel sebesar 68 orang, dengan menggunakan teknik purposive sampling sebagai cara pengambilan sampel. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner, yaitu alat ukur kecemasan sosial yang merupakan adaptasi dari alat ukur Social Components of Retirement Anxiety Scale (SCRAS), alat ukur coping yang dibuat oleh peneliti, dan alat ukur Framingham Type A Scale yang dimodifikasi untuk mengelompokkan tipe kepribadian. Alat ukur coping dibuat oleh peneliti dengan menggunakan indikator yang didapatkan dari teori dan disesuaikan dengan situasi menjelang pensiun. Setelah mendapatkan validitas dan reliabilitas, peneliti melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik statistik t-test dengan bantuan program SPSS versi 11.5. Dengan pengolahan data penelitian kecemasan sosial dihasilkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan sosial yang signifikan antara individu tipe A dan tipe B saat menjelang masa pensiun. Kecemasan sosial menjelang pensiun individu tipe A lebih tinggi dibandingkan kecemasan sosial individu tipe B. Sedangkan, hasil pengolahan data penelitian coping memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan coping menjelang masa pensiun yang signifikan antara kedua tipe kepribadian tersebut. |