Anda belum login :: 23 Nov 2024 00:06 WIB
Detail
BukuPERILAKU SEORANG ANAK USIA BALITA DARI PASANGAN AMERIKA DAN INDONESIA
Bibliografi
Author: Wiranata, Erlyn ; Wanei, Gerda K. (Advisor); Wikarta, P.V. Sriyani (Advisor)
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unika Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2006    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext: Earlyn Wiranata's Undergraduated Theses.pdf (305.0KB; 8 download)
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: FKIPK-293
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Abstract
Perilaku adalah suatu aksi dan reaksi organisme dengan lingkungannya.
Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, dan disebut rangsangan. Jadi rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.
Anak usia balita disebut masa kanak-kanak awal yang berlangsung dari usia dua sampai enam tahun. Masa kanak-kanak awal disebut sebagai penutup masa bayi yaitu usia dimana ketergantungan sudah dilewati, diganti dengan tumbuhnya kemandirian dan berakhir disekitar usia masuk sekolah dasar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menelusuri perilaku seorang anak usia balita (M) dari hasil perkawinan pasangan Amerika dan Indonesia yang mengikuti kegiatan belajar di suatu lembaga prasekolah di Jakarta, di kelas TK A. Penelitian difokuskan pada perilaku yang menunjukkan kemampuan motorik, kognitif, emosi dan social. Jenis penelitian adalah Studi Kasus. Studi Kasus adalah metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seseorang secara lengkap dan mendalam dengan tujuan memahami individu sebagai seorang pribadi dengan lebih baik dan membantunya dalam perkembangan selanjutnya. Data penelitian ini diperoleh dengan melakukan observasi, wawancara dan dokmentasi.
Hasil penelitian dari anak usia balita pasangan Amerika dan Indonesia
dengan ayah seorang yang sangat disiplin dan ibu yang terlalu menyayangi anak, menyebabkan kasus M mengalami kelemahan dalam kemampuan (a) motorik halus lemah dalam menulis dan mewarnai (b) kognitif lemah dalam pengenalan abjad dan bilangan, (c) emosi labil, suka berkelakuan kasar, (d) sosial, kurang disukai teman perempuan di kelas.
Dapat disimpulkan bahwa M mengalami kelemahan dalam aspek motorik halus dan konitif disebabkan oleh kurangnya pemberian latihan-latihan remedial oleh orang tua di rumah, ibu lemah dalam mengatasi kemalasan M belajar, kurangnya sarana belajar yang mendukung. Emosi M yang labil disebabkan oleh pola asuh yang disiplin dan permainan kekerasan dari computer game yang digemari M. Dalam hubungan dengan teman-temannya, M sering berperilaku kasar sehingga teman perempuan kurang bersedia bermain bersamanya.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.140625 second(s)