Kurikulum 1999 dinilai tidak efektif lagi jika diterapkan dalam abad pengetahuan ini karena pada akhirnya hanya mementingkan pencapaian target sejumlah materi saja (Hasan, 2003). Oleh karenanya, pemerintah berupaya keluar dari permasalahan tersebut dan mengadakan perubahan mendasar yang berkaitan dengan kurikulum, yaitu menggantinya menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Demi keberhasilan implementasi KBK, salah satu faktor yang menjadi perhatian utama dan penting adalah kemampuan guru dalam mengajar (Mulyasa, 2005). Guru dituntut untuk dapat memiliki strategi mengajar yang efektif dalam melaksanakan KBK. Strategi mengajar efektif guru yang diperlukan sesuai dengan tuntutan KBK adalah strategi mengajar yang bertujuan agar siswa mendapatkan suatu pemahaman yang lebih jelas dalam sistem berpikirnya, serta dapat membuat siswanya menguasai kemampuan dasar yang diajarkan, dan mengembangkan setiap potensi yang muncul dari peserta didiknya agar dapat berkembang optimal. Permasalahan baru muncul ketika guru harus menyesuaikan diri dengan strategi mengajar yang efektif yang sesuai dengan tuntutan KBK. Selama ini guru terbiasa mengajar dengan strategi mengajar yang lama. Namun hal ini bisa diatasi jika guru memiliki keterampilan mengajar yang baik dan kepribadian yang matang. Mulyasa (2005) mengatakan karakteristik guru yang mampu mengajar secara efektif antara lain adalah guru yang emosinya stabil, kreatif dan inovatif, terbuka pada keberagaman kebutuhan peserta didiknya dan memiliki motivasi mengajar yang tinggi. Karakteristik-karakteristik ini menurut Goleman (1999) termasuk kecakapan-kecakapan emosi yang ada dalam kemampuan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan hubungan dengan orang lain (Goleman, 1999). Dari penjelasan di atas, peneliti berasumsi bahwa kecerdasan emosional guru berhubungan dengan strategi mengajar efektif dalam melaksanakan KBK. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosional dengan strategi mengajar efektif dalam KBK. Penelitian dilakukan terhadap guru yang mengajar di jenjang SMP yang menggunakan KBK, karena peneliti berasumsi bahwa peran guru mengajar efektif sangat diperlukan untuk mengarahkan siswa SMP secara efektif di sekolah agar dapat menghindari atau menangani masalah pendidikan yang terjadi. Dalam penelitian ini digunakan 58 orang sampel dengan kriteria guru yang mengajar di jenjang SMP yang status akreditasinya Disamakan. Teknik sampling yang digunakan adalah judgmental or puposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Kecerdasan Emosional yang terdiri dari dimensi Self-Awareness, Self-Control, Self-Motivation, Empathy, Social Skill; dan Skala Strategi Mengajar yang Efektif. Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan strategi mengajar yang efektif maka uji statistik yang digunakan adalah korelasi Pearson?s Product Moment. Setelah dilakukan penghitungan, ternyata diperoleh kesimpulan bahwa kecerdasan emosional guru berhubungan dengan strategi mengajar yang efektif, terutama dalam melaksanakan KBK. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kelima dimensi kecerdasan emosional seperti yang disebutkan di atas memiliki hubungan yang signifikan dengan strategi mengajar yang efektif. Kemampuan Self-Awareness berkaitan dengan kemampuan guru menyadari perasaan-perasaannya, serta menilai dan memahami hal-hal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dirinya agar lebih matang dalam merencanakan srategi mengajarnya. Self Control guru berhubungan dengan kemampuannya dapat mengelola dengan baik perasaan atau emosi yang timbul pada suatu saat, terutama pada emosi yang menekan dan impulsif yang muncul saat guru sedang mengajar. Sedangkan dengan Self-Motivation yang tinggi dimiliki guru, diharapkan ia mampu untuk dapat berorientasi pada hasil atau tujuan yang ingin di |