Mahasiswa fakultas psikologi dikenal dengan mahasiswa yang susah lulus. Bottle neck adalah permasalahan yang ada di fakultas psikologi UNIKA ATMAJAYA JAKARTA. Data yang ada menunjukkan penumpukkan mahasiswa yang menyelesaikan skripsi hanya terjadi di fakultas psikologi saja. Di fakultas lain jumlah mahasiswa yang diterima cukup berimbang dengan jumlah mahasiswa yang lulus, sedangkan di fakultas psikologi jumlah tersebut tidaklah berimbang. Skripsi yang harus dihasilkan oleh mahasiswa fakultas psikologi Universitas Katolik Atmajaya Jakarta adalah sebuah karya ilmiah yang harus didasarkan penelitian yang terukur (Sudirgo dalam Hadi, 1999). Skripsi adalah suatu tugas yang berbeda dengan tugas-tugas kuliah sebelumnya, dengan batasan waktu yang lebih longgar, yaitu selama 1 (satu) tahun. Skripsi dapat dikatakan merupakan suatu tugas baru karena tidak pernah ada tugas lain yang memiliki beban yang sama. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bandura (1986), ketika individu dihadapkan pada sebuah kondisi dimana dirinya hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang kemampuan dirinya, ia akan mencari informasi. Di sisi lain, ada rumor yang berkembang di kalangan mahasiswa fakultas psikologi Universitas Katolik Atmajaya Jakarta bahwa untuk menyelesaikan skripsi sampai lulus merupakan hal yang sulit. Rumor tersebut dijadikan informasi bagi mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi untuk kemudian dijadikan tolak ukur untuk menilai kemampuan dirinya yang pada akhirnya akan menimbulkan ketidakyakinan dalam diri mahasiswa akan kemampuannya untuk menyelesaikan skripsi. Menurut Bandura (1986) ketika seseorang merasa tidak yakin akan kemampuan yang dimilikinya maka konsep psikologi yang dapat menjelaskan hal tersebut adalah self efficacy. Dalam melakukan penelitian ilmiah tersebut, mahasiswa didampingi oleh dosen yang berfungsi sebagai pembimbing. Seperti yang diungkapkan Sudirgo (dalam Hadi, 1999) bahwa skripsi yang dikatakan sebagai karya ilmiah harus ditulis berdasarkan penelitian empiris, sebagai satu syarat untuk mencapai gelar sarjana (S1), dengan bimbingan seorang/lebih. Signifikansi peran dosen pembimbing ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Yaniarus Hadi (1999). Dalam penelitian tersebut dirinya mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap mahasiswa terhadap dosen pembimbing dengan persepsi mahasiswa terhadap kemajuan skripsinya. Berdasarkan kuesioner yang disebarkan peneliti diperoleh 80 % dari kuesioner yang disebar menyatakan bahwa memiliki masalah dengan pembimbing skripsinya. Selanjutnya peneliti juga menyebarkan kuesioner terhadap 26 mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi dan 57% dari responden mengungkapkan masalah dengan dosen pembimbing skripsi merupakan hal kedua yang mereka rasakan sebagai penyebab kesulitan yang mereka alami dalam menyelesaikan skripsi. Hubungan antara dosen pembimbing dengan mahasiswanya dapat dianalogikan sebagai hubungan antara produsen dengan konsumen. Dosen pembimbing skripsi selaku pihak produsen akan memberikan jasa bimbingan atau jasa supervision. Sebagai konsumen, mahasiswa akan menilai apakah yang diberikan oleh dosen pembimbing selaku pihak produsen sudah memenuhi harapannya atau belum. Harapan yang timbul terdiri dari outcome expectancy dan efficacy expectancy, dimana outcome expectancy adalah harapan yang timbul pada diri individu bertolak dari norma yang ada di lingkungan. Sedangkan efficacy expectancy adalah harapan yang timbul pada diri individu didasarkan evaluasinya atas kemampuan yang dimilikinya. Dalam outcome expectancy, yang digunakan adalah objective value sedangkan dalam efficacy expectancy yang digunakan adalah subjective value. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Giese and Joseph (2000) bahwa kepuasan akan muncul ketika kondisi kenyataan sesuai dengan harapan yang ada, maka mahasiswa akan merasa puas ketika harapannya atas bimbingan yang diterimanya telah terpenuhi, demikian pula sebaliknya. Bertolak dari p |