Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran self-liking dan self-competence pada anak sulung pada masa remaja madya yang juga dilihat dari jenis kelamin dan prestasi akademis yang berupa nilai rata-rata raport terakhir. Self-liking adalah penilaian diri apakah menerima atau tidak menerima diri sendiri, dan self-competence adalah penilaian diri apakah mampu atau tidak mampu dalam mencapai tujuan. Penelitian ini dilatar belakangi oleh pandangan bahwa anak sulung memiliki harga diri yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan anak tengah dan anak bingsu, serta pentingnya manfaat harga diri yang terdiri dari self-liking dan self-competence pada masa remaja yaitu dapat membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, dan rasa yakin atas kemampuan diri. Dengan harga diri yang tinggi anak sulung mampu berprestasi lebih tinggi dibanding anak dengan harga diri menengah ataupun harga diri rendah. Pada remaja madya (15-18 tahun), harga diri sudah lebih stabil dibanding usia-usia yang lebih muda. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan harga diri pada remaja adalah fisik, orang tua, teman sebaya dan juga sekolah. Orang tua yang memberikan perhatian yang intens pada anak remaja dan memberikan penilaian yang sesuai dengan kemampuan anak, mampu meningkatkan rasa percaya diri remaja. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah SLCS-R (Self-Liking Self-Competence Scale Revised). SLCS-R adalah skala yang digunakan untuk mengukur harga diri, dibuat oleh Tafarodi & Swann (1995) yang telah diperbaiki dan dikembangkan dari alat ukur sebelumnya yaitu SLCS. SLCS-R ini terdiri dari dua dimensi yaitu Self-Liking dan Self-Competence. Jumlah pernyataan dalam skala ini adalah 16 item, yang terdiri dari 8 item untuk mengukur Self-Liking dan 8 pernyataan untuk mengukur Self Competence. Teknik statistik yang digunakan dalam pengolahan data adalah persentase frekuensi, dengan persentase frekuensi dapat dilihat jumlah subyek yang memiliki skor tinggi dan jumlah subyek yang memiliki skor rendah. Pengelompokkan skor tinggi dan rendah adalah berdasarkan nilai mean sampel pada masing-masing sub-skala. Dari hasil pengolahan data, pada self-liking, anak sulung laki-laki memiliki skor tinggi yang lebih banyak daripada anak sulung perempuan, oleh karena itu perlu ditingkatkan self-liking pada anak sulung remaja perempuan agar mereka dapat lebih menghargai diri mereka sendiri. Pada self-competence, skor tinggi lebih banyak diperoleh oleh anak sulung laki-laki dibanding anak sulung perempuan, maka perlu ditingkatkannya self-competence pada anak sulung perempuan agar mereka dapat lebih sukses mencapai tujuan serta mampu mengatasi tantangan yang ada. Saran praktis yang dapat diberikan pada peningkatan self-liking adalah, orang terdekat remaja (orang tua, guru dan teman sebaya) memberikan perhatian dan support yang lebih intens agar remaja dapat melihat dirinya lebih positif, sehingga dapat menerima dirinya sendiri. Proses peningkatan self-competence pada remaja dapat dilakukan dengan memupuk rasa percaya pada kemampuan diri remaja khususnya dalam berprestasi. Hasil penelitian ini tidak dapat begitu saja digeneralisasikan pada populasi luas anak sulung dan remaja. Oleh karena itu disarankan bagi penelitian selanjutnya adalah mendapatkan lebih banyak sampel yang mencakup berbagai sekolah dan anak sulung. |