Sejak swalayan didirikan, keranjang untuk berbelanja sudah ada lebih dulu daripada trolley. Desain keranjang yang ada saat ini tidak ergonomis, hal ini dibuktikan oleh hasil dari kuesioner pendahuluan, yaitu sebesar 86,7 % responden setuju bahwa keranjang belanja yang ada saat ini tidak memenuhi kebutuhan penggunanya. Masalah utama dari produk adalah pada posisi pemegangan dan badan keranjang berkaitan dengan pemakaian keranjang. Posisi pemegangan yang salah dan berat yang makin bertambah menyebabkan injury pada tangan dan keranjang menjadi miring. Keranjang yang miring disertai beban yang berat dapat mengkibatkan isi keranjang tumpah atau jatuh. Dalam merancang desain yang baru dari keranjang belanja digunakan metode TRIZ. Metode ini lebih berfokus pada produk yang ada saat ini dan menggunakan tabel kontradiksi untuk merancang desain baru dari produk. Dengan mengeleminasi fungsi yang merugikan, diperoleh 2 buah konsep pengembangan keranjang. Dengan menggunakan seleksi konsep, hingga perhitungan biaya pembuatan, maka dipilih konsep 1, yaitu desain keranjang dengan menggunakan helium, dengan biaya per produk sebesar Rp 9.750,- Setelah melakukan seleksi konsep dengan metode TRIZ, maka didapat alternatif terbaik adalah alternatif konsep I yaitu konsep keranjang dengan menggunakan helium, karena memecahkan masalah ?masalah (fungsi yang merugikan), yaitu mengurangi massa dari barang belanjaan dan posisi handel yang ergonomis. |