Setelah PBB membuat konvensi-konvensi tentang hak-hak politik perempuan, banyak Negara yang telah meratifikasinya tetapi ada juga sebagian Negara yang belum meratifikasinya. Namun setelah perempuan terjun ke kancah dunia politik masih banyak saja kendala-kendala yang masih harus dihadapi oleh kaum perempuan, walaupun Negara itu telah meratifikasi konvensi-konvensi tersebut. Kendala-kendala itu yang pertama ialah kendala sistem politik yang lebih menguntungkan sifat-sifat maskulin yang dimiliki oleh laki-laki. Model politik lebih banyak ditentukan dengan sifat-sifat konfrontatif ?menang atau kalah?. Politik jauh dari menghormati nilai- nilai kolaboratif atau pembangunan konsensus. Di sisi lain, aturan dalam partai politik juga lebih menguntungkan kader-kader laki- laki. Laki- laki diletakkan pada nomor-nomor jadi (winnable), sementara perempuan diletakkan pada nomor-nomor ?sepatu?. Betapapun besar sumbangan suara yang diberikan perempuan untuk partai, menjadi tidak berarti karena kebijakan partai yang tidak menguntungkannya. Kendala kedua adalah sistem sosial budaya. Budaya patriarki menempatkan perempuan pada posisi yang selalu berada di bawah laki- laki (sub-ordinat), rawan akan kecenderungan merebaknya berbagai stereotip (pelabelan negatif), marginalisasi (peminggiran dan pemiskinan perempuan), subordinasi (yang berdampak pada eksploitasi), dan tindakantindakan kekerasan (violence). Keputusan-keputusan ?penting? yang menyangkut orang banyak dianggap terlalu riskan untuk diserahkan pada perempuan. Kendala ketiga adalah kendala psikologis. Perempuan sendiri acapkali menganggap politik itu sebagai permainan kotor. Anggapan ini telah memukul rasa percaya diri perempuan untuk berhadapan dengan proses politik. Ketidakpercayaan diri kerap menjadi penyebab tidak tampilnya perempuan dalam pentas politik formal seperti dalam partai politik, parlemen atau pemerintahan. Keempat adalha kendala sosial ekonomi. Ketidakberuntungan perempuan secara sosial ekonomi telah menempatkan perempuan menjadi kelompok warga Negara yang rentan akan kemiskinan, kebodohan, dan ketertinggalan. Akibatnya kesempatan perempuan untuk memperjuangkan hak- haknya menjadi sangat kecil. |