Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kompetensi emosional dengan prestasi akademis pada pilot TNI Angkatan Udara. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya faktor kecerdasan emosional bagi profesi pilot militer di Indonesia, terutama dalam lingkungan pendidikan. Kecerdasan emosional sedikit berbeda dengan kompetensi emosional yang hendak diteliti dalam penelitian ini. EC menurut Goleman (dalam Cherniss, C. & Goleman, D., 1998) adalah sebuah kemampuan yang dipelajari, yang didasarkan atas El yang akan menghasilkan performa menonjol dalam pekerjaan. Dengan kata lain, individu hams memiliki landasan El terlebih dahulu untuk dapat memunculkan tingkah laku, nilai-nilai, dan sikap yang sesuai dengan kompetensi emosional. Untuk menjadi seorang pilot pada umumnya persyaratan yang diutamakan ialah memiliki Intelligence Quotient (IQ) pada kelompok rata-rata atas. Akan tetapi ada faktor kecerdasan lain yang dinilai penting, yaitu Emotional Intelligence (El). Keduajenis kecerdasan itu berhubungan satu sama lain dan bisa saling mempengaruhi. Seorang pilot militer dituntut mampu melakukan banyak hal, tidak hanya dapat menerbangkan pesawat, namun juga berperang, memahami sistem-sistem penting dalam pesawat dan bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan penumpang. Sedangkan faktor emosional berperan penting bagi pilot dalam mengatasi beban kerja yang tinggi dan dalam prestasi pendidikan. Kemampuan berinteraksi yang baik dengan orang lain, mampu memahami perasaan orang lain, dan kemampuan mengatasi stres akan memberikan pengaruh terhadap prestasi akademis pilot. Ciri-ciri kecerdasan emosional individu yakni: kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, mengendalikan dorongan hati dan menunda kepuasan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak menggangu kemampuan dalam berpikir, berempati dan berdoa, mampu mengendalikan dorongan emosi, mampu membaca perasaan terdalam yang ada pada diri orang lain, dan dapat memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya (Goleman, 1995). Alat ukur yang digunakan adalah Emotional Competence Inventory (ECI) yang meliputi 4 dimensi kompetensi emosional yaitu SelfAwareness, Self-Management, Social Awareness, Relationship Management (http://www.eiconsortium.org). Sedangkan untuk mengukur prestasi akademis digunakan nilai rata-rata akhir pendidikan pilot TNI Angkatan Udara yang telah mengikuti pendidikan di Sekolah Instruktur Penerbang (SIP) yang ada di Yogyakarta. Teknik analisis yang digunakan adalah koefisien korelasi Pearson Product Moment. Hasil analisis membuktikan ada hubungan antara kompetensi dengan prestasi akademis pilot TNI Angkatan Udara. Skor ECI yang diisi oleh orang-orang terdekat sampel (others) mempunyai hubungan berbanding lurus dengan prestasi akademisnya (r = 0.308). Maksudnya ialahjika kompetensi pilot tinggi maka prestasi akademis pun tinggi. Faktor emosional jelas tidak pernah lepas dari aktivitas pendidikan, dalam mengikuti proses pendidikan dan dalam menghasilkan prestasi akademis. Selain kemampuan emosional yang dimiliki sampel, hubungan antara kompetensi emosional dengan prestasi akademis ini dapat pula dipengaruhi oleh adanya motivasi dan sistem persaingan yang terjadi antar anggota sampel. Di samping itu, faktor budaya kolektivis juga bisa dijadikan landasan yang mempengaruhi hasil penelitian. Hasil penelitian ini tidak dapat begitu saja digeneralisasikan pada populasi pilot secara luas karena sampel yang digunakan sangat terbatas. Bagi penelitian lebih lanjut disarankan untuk mencakup beberapa lembaga pendidikan pilot lain, baik lembaga pendidikan pilot militer selain SIP maupun bagi pilot sipil. Penelitian lebih lanjutjuga disarankan untuk menggunakan kedua macam kuesioner (self dan others) untuk bisa memperoleh data yang lebih dalam dan akurat. Di samping itu, perlu lebih diperhatikannya faktor budaya yang dimiliki oleh sampel penelitian. Hal ini dikarenakan, faktor kebudayaan bisa mempengaruhi sampel dalam memberikan jawaban dan pada hasil penelitian. |