Anda belum login :: 23 Nov 2024 00:39 WIB
Detail
BukuGambaran Pembentukan Orientasi Seksual Remaja Laki-Laki yang Diasuh Oleh Ibu Kandung Lesbian (Studi Kasus)
Bibliografi
Author: Yatim, Danny Irawan (Advisor); Indriana, Fiara
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2005    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext:
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: FP-690
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Abstract
Tahap remaja awal adalah periode bagi remaja putri dan remaja laki-laki cenderung untuk menjalin hubungan lebih dengan teman-teman yang berjenis kelamin sama. Kecenderungan seksual juga relatif umum pada usia ini. Data statistik aktivitas seksual sesama jenis remaja. Remaja laki-laki cenderung mengaku lebih sering mengalami aktivitas seksual sesama jenis pada saat remaja akhir menjelang dewasa (usia 16-19 tahun), sedangkan remaja putri dilaporkan jarang mengalaminya pada usia setelah remaja (Haffner, dalam Kelly, 2001).
Pria gay dewasa menyatakan bahwa pengalaman pertama kali dengan sesama jenis umumnya muncul pada usia 14 tahun, sedangkan lesbian dewasa menyatakan pengalaman pertama kali dengan sesama jenis cenderung muncul pada remaja akhir. Para peneliti sampai saat ini belum dapat menyatakan faktor utama yang dapat menentukan orientasi seksual seseorang. Sebuah bukti cukup meyakinkan telah ditemukan di mana sebuah penelitian yang membandingkan orientasi seksual dua orang kembar identik yang menunjukkan adanya dasar genetik dan hubungan keluarga dalam homoseksual (Allen & Gorski, 1992). Hasil penelitian selama ini yang dilakukan di Amerika Serikat, Kanada, Australia, menunjukkan tidak adanya pengaruh negatif yang didapat dari pengasuhan pasangan homoseksual terhadap perkembangan anak yang mereka asuh.
Pasangan homoseksual sampai saat ini belum bisa melakukan pernikahan secara resmi di Indonesia karena negara Indonesia tidak memberikan legalisasi untuk dilakukannya pernikahan sesama jenis dan hak pengasuhan atas anak kepada pasangan sesama jenis. Cara yang mungkin dilakukan bagi lesbian dan gay Indonesia untuk memiliki anak adalah dengan menikah secara heteroseksual dan setelah memiliki keturunan mereka kemudian bercerai (Wina, 2003).
Secara klinis, diketahui bahwa remaja awal adalah saat yang paling sulit bagi anak untuk belajar bahwa ayahnya adalah gay atau ibunya adalah lesbian (Schulenberg, dalam Patterson, 1995). Anak remaja dari orang tua lesbian dan gay mengaku bahwa mereka merasa tidak mendapat dukungan selama melewati masa transisi dari anak-anak ke remaja. Di sinilah pentingnya peranan ibu untuk memberikan atau ikut membentuk konsep diri anak, yang pada akhirnya anak mampu mengidentifikasi dirinya sebagai individu dengan jenis kelamin tertentu (gender).
Sesuai dengan tema penelitian ini maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus karena dengan cara ini peneliti dapat mendapatkan informasi secara mendalam tentang pengaruh pengasuhan ibu lesbian terhadap pembentukan orientasi seksual pada remaja dengan cara wawancara dan observasi pada perilaku yang memiliki relevansi dengan tujuan penelitian.
Dari penelitian studi kasus yang dilakukan, didapat gambaran pembentukan orientasi seksual subyek sesuai dengan tujuan dilakukannya penelitian. Pembentukan orientasi seksual subyek sebagai remaja laki-laki tidak dipengaruhi pengasuhan ibu lesbian. Subyek tumbuh sebagai remaja laki-laki yang menyukai lawan jenis meskipun belum dapat dipastikan orientasi seksual (heteroseksual atau homoseksual) yang akan dipilih subyek nantinya.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.234375 second(s)