Trust memegang peranan penting dalam keberhasilan suatu hubungan kita dengan orang lain. Pada sebuah pasangan yang menjalani hubungan romantik, seseorang sangat bergantung pada trust, sebab sebuah pasangan hubungan romantik tidak dapat mendapatkan jaminan bahwa pasangannya selalu berperilaku seperti yang diharapkannya. Hubungan romantik ada bermacam-macam jenis: pacaran, pertunangan, pernikahan, perselingkuhan, bahkan juga ada hubungan lainnya yang muncul seperti hubungan pacaran tanpa komitmen, dan lain-lainnya. Hubungan romantik yang ingin di lihat dalam penelitian ini adalah hubungan pacaran. Pacaran sendiri didefinisikan oleh Ma¿shum dan Wahyurini(2004) adalah proses mengenal dan memahami lawan jenisnya dan belajar membina hubungan dengan lawan jenis sebagai persiapan sebelum menikah untuk menghindari terjadinya ketidakcocokan dan permasalahan pada saat sudah menikah. Dalam sebuah hubungan pacaran sangat banyak terkandung resiko di dalamnya, baik ketidakcocokan, kekecewaan, dan lainnya. Namun siap atau tidak, kebanyakan orang akan sampai pada saatnya untuk menikah dengan pasangannya dan membentuk rumah tangganya sendiri tanpa dapat mengetahui apa yang akan terjadi di dalam perkawinan mereka nantinya. Seseorang tidak tahu apakah dirinya akan bahagia, akan menderita, atau dirinya akan bercerai dengan pasangannya. (Havemann, 1986). Murstein (dalam Skolnick, 1983) menjelaskan bahwa dalam hubungan romantik pasangan mengalami tiga tahap yaitu stimulus stage ditandai adanya ketertarikan, value stage dimana pasangan merasakan adanya kecocokan, dan role stage di mana pasangan menginginkan hubungan dengan komitmen yang lebih tinggi. Penelitian ini ingin memberikan gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya trust pada hubungan pacaran. Hubungan pacaran yang di maksud adalah hubungan pacaran yang menuju ke pernikahan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mayer(1995) dan Robins(1992) ditemukan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya trust pada seseorang adalah integritas, kompetensi, konsistensi, loyalitas ,keterbukaan, dan itikad baik. Pada penelitian ini toeri yang dikemukakan Mayer dan Robins, juga teori perkembangan hubungan romantik yang di sebutkan oleh Murstein (dalam Skolnick, 1983) digunakan sebagai kerangka teori dalam melakukan analisa dari hasil penelitian. Metode yang dilakukan di penelitian ini adalah metode kualitatif dengan wawancara terbuka. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif dengan menggunakan kerangka analisis yang di susun berdasarkan teori-teori mengenai trust. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh pada terbentuknya trust yang dikemukakan dalam teori Mayer(1995) dan Robbins(1992) ternyata sesuai dengan hasil penelitian pada keempat subyek dalam penelitian ini. Satu buah faktor yang tidak ada pada hasil penelitian ini adalah faktor konsistensi. Hasil lain dari penelitian ini adalah ditemukannya bahwa faktor-faktor terbentuknya trust dalam hubungan romantik berkaitan dengan bagaimana proses pertemuan dan kedekatan yang terjadi antar pasangan baik sebelum ataupun setelah berpacaran. Adanya hubungan persahabatan sebelum menjalankan hubungan pacaran membuat kedua pasangan melalui proses trustnya lebih dahulu sebelum menjalani hubungan pacaran. Hal ini juga menunjukan bahwa teori perkembangan hubungan romantik yang dikemukakan oleh Murstein(dalam Skolnick, 1983) tidak selalu terjadi dalam perkembangan hubungan romantik yang terjadi pada subyek dalam penelitian ini. Hasil lain dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya trust juga dapat dipengaruhi oleh adanya pengalaman masa lalu yang berkaitan dengan pelanggaran trust dalam hubungan,baik sebagai pelaku maupun korban dari pelanggaran trust tersebut. |