Di wilayah DKI Jakarta terdapat dua kategori SMA, yaitu SMA Reguler dan SMA Plus. Kurikulum yang berlaku di SMA ini belum melihat bahwa kemampuan, bakat, dan minat setiap siswa-siswi yang berbeda-beda. Sedang pada SMA Plus sudah dilakukan diferensiasi kurikulum, dimana dikembangkannya kurikulum yang menampung kemampuan, bakat, dan minat siswa-siswinya yang berbeda-beda. Walau muatan kurikulum di kedua SMA ini berbeda tetapi materi pelajaran yang harus diberikan kepada peserta didik di kedua SMA ini sama, yaitu sebanyak 17 mata pelajaran. Dari hal inilah kemudian siswa-siswi mulai mengeluhkan macam-macam hal seputar aktivitas di sekolahnya. Hal ini diketahui oleh peneliti berdasarkan hasil wawancara dengan guru BP salah satu SMA Plus dan beberapa siswa-siswi SMA Reguler. Keluhan-keluhan ini kemudian dilihat sebagai pola respons yang spesifik maupun non spesifik siswa-siswi tersebut terhadap stresor akademiknya. Selain stresor akademik, ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat stres seseorang, yaitu dukungan sosial, tahap perkembangan mereka sendiri sebagai remaja, dan juga transisi dari siswa menjadi mahasiswa. Dukungan sosial seperti memberi bantuan, memberi nasehat, dan memberi penghargaan dapat menurunkan tingkat stres seseorang (Sheridan & Radmacher, 1992). Pada masa remaja tingkat stres meningkat karena remaja ini di samping harus berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan emosional dalam dirinya, mereka juga harus mengatasi konflik-konflik yang terjadi dalam hidupnya (Papalia, dkk., 2001). Selain itu juga faktor yang mempengaruhi tingkat stres lainnya adalah bahwa siswa-siswi ini sedang mengalami transisi dari siswa menjadi mahasiswa sehingga mereka harus beradaptasi dengan situasi yang baru. Jenis penelitian yang dipakai adalah non eksperimental. Subjek penelitian adalah 30 siswa-siswi yang lulus kelas 3 SMA, di mana 14 siswa-siswi merupakan siswa-siswi SMA Plus dan 16 siswa-siswi dari beberapa SMA Reguler. Alat yang dipakai untuk mengukur stres dalam penelitian ini adalah kuesioner yang diadaptasi dari Kosasih (2001). Validitas item diukur dengan Corrected Item-Total Correlation. Reliabilitas dihitung dengan menggunakan Coefficient Alpha. Penelitian ini menggunakan sistem try out terpakai karena sempitnya waktu untuk menyebarkan kuesioner. Pengujian hipotesa dilakukan dengan menggunakan teknik statistik non parametrik tipe Mann-Whitney U test untuk mengukur perbedaan rata-rata ranking dari 2 sampel, di mana teknik ini analog dengan independent-samples t test jika dilakukan dengan teknik statistik parametrik. Hasil pengujian hipotesa disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti ada perbedaan tingkat stres antara siswa-siswi SMA Plus dengan siswa-siswi SMA Reguler. Generalisasi terhadap populasi tidak dapat dilakukan karena jumlah sampel terlalu kecil (Guilford & Fruchter, 1978). Generalisasi hanya dapat dilakukan terhadap subjek yang diteliti dalam penelitian ini saja. Sulit untuk mengetahui seberapa signifikan perbedaan tingkat stres antara siswa-siswi SMA Plus dengan SMA Reguler ini karena statistik non parametrik kekuatannya lebih lemah dibandingkan statistik parametrik (Guilford & Fruchter, 1978). |