Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara kuantitas waktu luang yang dimiliki remaja dengan kecenderungan mereka dalam berbelanja secara impulsif. Kegiatan belanja pada awalnya dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti makanan dan pakaian, namun banyak individu yang melakukan kegiatan belanja ini untuk alasan lain melepaskan diri dari rasa depresi, mengekspresikan identitas diri atau untuk sekedar kesenangan belaka. Perilaku-perilaku belanja yang kurang perencanaan dan melibatkan faktor emosi, terutama perasaan yang menyenangkan dan penuh gairah, tersebut dinamakan belanja impulsif (Verplanken & Herabadi, 2001). Ada faktor lain yang mendorong terjadinya belanja impulsif, yaitu faktor lingkungan belanja. Lingkungan dalam sebuah pusat perbelanjaan (contohnya tata ruang, interior, dekorasi, musik, tata cahaya, wangi-wangian dan kebersihan) dapat mempengaruhi suasana emosional individu dan meningkatkan kecenderungan belanja impulsif mereka (Mattila & Wirtz, 2001; Wakefield & Baker, 1998 dalam Herabadi, 2003). Miskinnya tempat rekreasi bagi remaja, mengakibatkan pilihan utama remaja untuk menghabiskan waktu luang mereka di pusat-pusat perbelanjaan. Sedangkan waktu luang sendiri didefinisikan sebagai waktu yang tidak digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya wajib, seperti pekerjaan, pendidikan, menjalankan usaha dan kewajiban-kewajiban rumah tangga (en.wikipedia.org). Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah Impulse Buying Tendency Scale (IBTS) untuk mengukur kecenderungan belanja impulsif pada remaja sedangkan untuk mengetahui kuantitas waktu luang yang dimiliki remaja, peneliti menggunakan metode wawancara terstruktur. Penelitian ini sendiri merupakan penelitian non-eksperimental karena peneliti tidak melakukan manipulasi pada variabel yang diukur. Jenis penelitian adalah korelasional dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment dengan LOS 0.05 (two tailed). Teknik sampling yang dilakukan adalah stratified random sampling dengan jumlah sampel 83 orang yang memiliki karakteristik remaja berusia 14-21 tahun. Seluruh pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 11.0. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kuantitas waktu luang dengan kecenderungan belanja impulsif pada remaja. Hal ini dapat terjadi karena alat ukur waktu luang yang kurang dapat menangkap jenis dan kuantitas kegiatan yang dilakukan remaja dalam waktu luangnya secara mendetail. Serta terbatasnya jumlah sampel karena masih dalam tahap pertama pengambilan data dalam penelitian payung. Untuk penelitian lebih lanjut penulis menyarankan agar dalam mengukur waktu luang alat ukur yang digunakan dapat lebih mendalam dan mendetail. |