Pada pertengahan tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter yang menyebabkan terjadinya kemunduran ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia memerlukan usaha yang dapat menyediakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Berkaitan dengan hal tesebut, kewirausahaan merupakan jenis usaha yang dapat membuka lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan nasional, dan mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara. Peningkatan intensi berwirausaha merupakan langkah awal untuk mengembangkan sektor wirausaha di Indonesia. Teori yang dikemukakan Korman (1971) menyatakan adanya hubungan antara motivasi berprestasi dengan intensi berwirausaha, dimana orang dengan motivasi berprestasi yang tinggi cenderung mempunyai intensi yang tinggi untuk berwirausaha. Salah satu karakteristik orang dengan motivasi berprestasi tinggi adalah kecenderungan untuk memilih pekerjaan dengan tingkat risiko menengah (McClelland dalam Luthans, 1985). Sementara itu, di lain pihak, wirausaha merupakan pekerjaan dengan tingkat risiko tinggi (Hisrich&Peters, 2002). Oleh karena itu, penulis menduga ada variabel lain diantara motivasi berprestasi dengan intensi berwirausaha. Variabel tersebut adalah persepsi subyektif risiko wirausaha. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimental berjenis korelasional yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan persepsi subyektif risiko wirausaha. Data penelitian diperoleh menggunakan 2 alat ukur yang disusun sendiri oleh penulis berupa kuesioner skala motivasi berprestasi yang disusun berdasarkan diantaranya teori McClelland (dalam Luthans, 1985) mengenai karakteristik motivasi berprestasi, serta kuesioner skala persepsi subyektif risiko wirausaha yang disusun berdasarkan teori Slovic (dalam Bazerman, 1997) mengenai persepsi subyektif risiko dan teori Kuratko&Hodgetts (2001) mengenai area risiko wirausaha. Item kedua alat ukur tersebut diuji validitasnya dengan teknik analisa item dan diuji reliabilitasnya dengan teknik coefficient alpha. Uji hipotesis dari penelitian ini dilakukan dengan memakai rumus koefisien korelasi Pearson's Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan persepsi subyektif risiko wirausaha. Untuk pengembangan penelitian mendatang, penulis menyarankan agar responden penelitian diperbanyak, teknik uji coba-terpakai tidak digunakan, penelitian diperluas dengan meneliti persepsi obyektif risiko wirausaha, dan penelitian diperdalam untuk dapat menjelaskan apakah motivasi berprestasi berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi subyektif risiko wirausaha. |