Terhentinya suatu proses di lantai produksi sering kali disebabkan oleh masalah fasilitas produksi, misalnya kerusakan mesin yang tidak terdeteksi, pengaturan mesin ( setting awal) yang tidak benar dan lain- lain. Hal ini tentunya akan sangat merugikan perusahaan baik dalam hal waktu, biaya maupun kualitas hasil produksi. Kebijakan perawatan diperlukan untuk meningkatkan ketersediaan (availability) fasilitas produksi dan perencanaan jadwal kegiatan perawatan yang baik dapat mengurangi waktu menganggur (downtime) fasilitas produksi yang disebabkan oleh kerusakan dan juga untuk menghindari produk cacat (reject) karena mesin tidak berfungsi dengan baik. Selama ini PT. Nitto Alam Indonesia melakukan kegiatan perawatan dengan preventive maintenance dan corrective maintenance. Kelompok mesin yang diteliti adalah kelompok mesin heading, dimana didapatkan ada empat kelompok mesin yang diambil, yaitu mesin heading tipe H10A-06, mesin heading tipe NH15-03, mesin heading tipe CH3-02, mesin heading tipe CH5-02. Komponen kritis yang didapatkan adalah roller, troco pump, stang timing, baut punch holder dan baut ukekoma. Identifikasi distribusi harus dilakukan terlebih dahulu sebelum menentukan parameter MTTF dan MTTR. Parameter yang digunakan dalam menentukan interval waktu penggantian pencegahan, interval waktu pemeriksaan, peningkatan keandalan tanpa dan dengan penggantian pencegahan serta availabilitas total adalah MTTF dan MTTR. Analisis kesalahan juga dilakukan terhadap masalah sirkulasi oli dan memiliki 3 tahapan dalam menganalisisnya. Metode persediaan yang digunakan adalah metode Q untuk kelima komponen kritis tersebut, karena menghasilkan biaya yang minimum. Nilai MTTF rata- rata yang didapatkan untuk komponen kritis masing- masing mesin adalah 902.793 jam, untuk MTTR rata- ratanya adalah 2.1983 jam. Interval penggantian pencegahan 794.5 jam dengan nilai availabitas rata- rata adalah 99.83%. Interval penggantian pencegahan 109.125 jam dengan nilai availabitas rata- rata adalah 96.79 %. Peningkatan keandalan rata- ratanya adalah 25.24 % dengan nilai availabilitas total rata- rata adalah 96.69 %. Biaya persediaan rata- rata yang dikeluarkan untuk tiap komponen kritis dengan menggunakan komponen P adalah Rp. 21.724.880, 62, dengan metode Q sebesar Rp. 21.512.542, 86, dan dengan metode Min- Max sebesar Rp. 23.170.595, 24. |