Berdasarkan korespondensi peneliti, ulasan di majalah dan berbagai survey yang ada menyatakan bahwa dalam dunia kerja terdapat gejala-gejala timbulnya tindakan negatif seperti workplace bullying. Mengetahui banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan bagi individu maupun perusahaan, peneliti tertarik untuk mengungkap fenomena ini lebih lanjut dengan mengaitkannya dengan sikap asertif. Asal mula ketertarikan peneliti adalah dari hasil korespondensi yang peneliti lakukan pada awal penelitian, dimana didapatkan pola respon yang sama dari para pekerja yang telah menerima tindakan negatif workplace bullying. Mereka memunculkan respon yang menunjukkan rasa tidak enak, legowo, diam, pasrah, dan takut dalam menghadapi si pelaku. Respon-respon responden ini yang digolongkan sebagai sikap non asertif. Berangkat dari fenomena yang ada, peneliti tertarik untuk melihat gambaran hubungan antara sikap asertif dengan tingkat frekuensi seseorang menerima tindakan workplace bullying. Peneliti menggunakan 2 alat ukur. Untuk asertivitas peneliti mengadaptasi Rathus Assessment Schedule (RAS) yang disusun oleh Rathus & Nevid (1983) dan beberapa item tambahan yang disesuaikan dengan aspek-aspek asertif. Untuk mengukur tingkat frekuensi seseorang menerima tindakan negative workplace bullying peneliti menggunakan adaptasi Negative Acts Questionnaire-Revised (NAQ-R) yang disusun oleh Einarsen, Raknes, Matthiesen og Hellesoy (1994); Hoel (1999) dan beberapa item tembahan yang disesuaikan dengan aspek-aspek tindakan workplace bullying. Dari 82 jawaban responden yang dapat diolah, dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui item-item mana yang dapat digunakan untuk kepentingan penelitian. Setelah itu, item-item yang lolos digunakan untuk mengukur sikap asertif dan tingkat frekuensi penerimaan perilaku workplace bullying dari 32 responden yang didapat. Setelah itu jawaban dari responden penelitian langsung digunakan untuk melakukan pengujian terhadap hipotesa yang telah disusun. Dari hasil uji hipotesa, diperoleh kesimpulan bahwa korelasi sebesar -0,359 dengan taraf signifikansi 0,05 (two-tail), yang berarti Ho yang berbunyi "tidak ada hubungan antara sikap asertif dengan tingkat frekuensi seseorang menerima perilaku workplace bullying" ditolak, dan Ha yang berbunyi "ada hubungan antara sikap asertif dengan tingkat frekuensi seseorang menerima perilaku workplace bullying" diterima. Jadi dari hasil perhitungan tersebut terlihat adanya hubungan negatif antara sikap asertif dengan tingkat frekuensi seseorang menerima perilaku workplace bullying. |