Anda belum login :: 17 Feb 2025 14:00 WIB
Detail
BukuGambaran Strategi Coping With Relapse Pada Mantan Penyalahgunaan Zat Adiktif
Bibliografi
Author: Sirait, Mindo Ruth ; Pandia, Weny Savitry S. (Advisor)
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2005    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext:
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: FP-661
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Abstract
Penyalahgunaan zat adiktif sebagai fenomena sosial menimbulkan keresahan dalam masyarakat. Keresahan itu timbul disebabkan kenyataan bahwa sesuai dengan namanya, maka zat tersebut dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Bila sudah terjadi maka ketergantungan akan zat adiktif akan menjadi bertambah berat dan sulit untuk dihentikan.
Padahal akibat yang ditimbulkan dari menyalahgunakan zat adiktif harus dibayar mahal. Mahal disini tidak hanya berarti tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh zat tersebut, tetapi juga kerugian yang timbul pada fisik, psikologis, dan sosial individu penyalahguna zat. Penyakit yang timbul akbat penyalahgunaan zat seperti hepatitis C, kerusakan pada liver, dan berbagai komplikasi penyakit lainnya. Sistem saraf pusat juga menderita akibatnya, dalam wujud emosi yang begitu labil, paranoia, halusinasi, bahkan skizoprenia. Akibat lainnya seperti kesulitan berkonsenterasi sehingga prestasi akademis atau pekerjaan pun merosot, kekeliruan dalam mempersepsi, kehilangan nafsu makan sehingga badan menjadi kurus dan rentan terhadap penyakit, kemalasan menjaga kebersihan diri, dan lain sebagainya.
Di samping menyebabkan kekhawatiran dalam masyarakat, fenomena penyalahgunaan zat adiktif sebagai masalah yang harus ditangani bersama mengundang kepedulian dan usaha penanggulangan dari berbagai pihak. Baik pemerintah maupun swasta melakukan tindakan atau aksi-aksi sebagai upaya preventif untuk mencegah serta memperbaiki akibat-akibat yang timbul dari penyalahgunaan zat adiktif dalam bentuk terapi medis juga rehabilitatif. Masalahnya, meski individu penyalahguna telah menerima terapi tersebut, banyak sekali yang mengalami kekambuhan yaitu kembali pada perilaku menyalahgunakan zat.
Kekambuhan (relapse) dapat disebabkan oleh berbagai hal. Sugesti serta masalah-masalah yang ditemui individu dalam hidup dapat menjadi penyebab kekambuhan. Karena itu penting sekali mantan penyalahguna memiliki strategi coping with relapse yang tepat bagi dirinya untuk membantu memecahkan masalah atau mengatur emosinya sehingga relapse dapat dicegah. Hal inilah yang ingin dilihat dari penelitian ini, yaitu bagaimana gambaran strategi coping with relapse pada mantan penyalahguna zat adiktif. Usaha coping ini berdasarkan pada strategi emotion-focused dan problem-focused coping dari Lazarus dan Folkaman (dalam Sarafino, 1994), yang kemudian dikembangkan pula menjadi beberapa dimensi oleh Carver, Schaier, dan Weintraub (dalam Zeidner & Endler, 1996).
Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini menggunakan metode wawancara (pedoman wawancara) sebagai alat pengumpul data. Kekhususan pada penelitian ini adalah mantan penyalahguna yang menjadi sampel/responden telah bersih sedikitnya 2 tahun terakhir. Kekhususan ini berdasarkan pada pendapat Fisher & Harrison (1997) mengenai persentase kemungkinan relapse pada mantan penyalahguna zat yang telah pulih selama 2 tahun adalah 54 %, sedangkan yang pulih dalam waktu masih kurang dari 2 tahun persentase kekambuhan lebih tinggi. Di sinilah hal menarik yang ingin dilihat, yaitu coping with relapse mantan penyalahguna zat adiktif yang mampu bertahan abstinence sedikitnya 2 tahun terakhir padahal kenyataannya relapse adalah hal yang teramat sangat sulit dihindari.
Berkaitan dengan sugesti dan masalah-masalah dalam hidup yang bila mereka tidak bisa mengatur emosinya atau tidak menemukan solusi, maka berisiko menyebabkan kekambuhan, tentunya tidak semua faktor penyebab relapse dapat dihadapi menggunakan strategi problem-focused coping dan tidak semua pula dapat dihadapi menggunakan strategi emotion-focused. Hasil penelitian ini menunjukkan dalam usaha coping with relapse setiap responden menggunakan kedua strategi coping, namun strategi yang lebih dominan digunakan adalah problem-focused coping. Yang mana terdapat masalah-masalah yang dihadapi menggunakan strategi emotion-focused coping yaitu dengan usaha untuk menenangkan dan mengendalikan perasaannya, tetapi responden....
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.171875 second(s)