Jender bukanlah suatu yang terberi, melainkan dipelajari dan disosialisasikan secara turun-temurun oleh para pendahulu kita. Sosialisasi jender terjadi dimana-mana, baik dalam lingkungan rumah/ keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Salah satu alat sosialisasi jender adalah melalui cerita-cerita. Tokoh-tokoh dalam cerita-cerita yang beredar luas dalam masyarakat kebanyakan masih memiliki karakter yang berupa stereotipe yang telah dibentuk oleh masyarakat. Stereotipe itu sering menyebabkan diskriminasi jender, yang lebih banyak merugikan kaum perempuan. Padahal stereotipe itu tidak selalu kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Melalui cerita-cerita yang diskriminasi jender, kita belajar untuk mendiskriminasikan perempuan di kehidupan nyata. Sebenarnya, tidak seluruh tokoh dalam cerita memiliki karakteristik stereotipe jender. Meskipun mungkin tidak cukup populer, ada juga beberapa tokoh dalam cerita yang tidak memiliki karakteristik stereotipe jender. Penelitian ini berusaha menemukan tokoh-tokoh cerita yang memiliki karakteristik non-stereotipe jender dengan fokus pada cerita-cerita rakyat Indonesia. Penelitian ini menggunakan 20 cerita rakyat yang berasal dari Indonesia (Irian Jaya, Jember, Kalimantan, Cirebon, Yogyakarta, Jambi, Betawi, Aceh, Banyuwangi, Lombok, Surakarta, Bangka, Makassar, Sumatera, Bali, dan Jawa). Dengan menggunakan tabel non-stereotipe jender, peneliti kemudian berusaha menjelaskan bagaimana karakteristik-karakteristik tokoh laki-laki dan perempuan dalam cerita ini. Dari hasil analisis ini ditemukan bahwa, dalam 20 cerita rakyat Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini, sebanyak 31 tokoh perempuan dan 23 tokoh laki-laki dalam cerita memiliki karakteristik non-stereotipe jender. Selain itu, ditemukan juga bahwa sebanyak 22 tokoh perempuan dan 9 tokoh laki-laki masih juga memiliki karakteristik-karakteristik yang stereotipe jender. Penyebaran karakteristik non-stereotipe jender paling banyak terjadi di Pulau Jawa, yaitu dari sebanyak 10 buah cerita terdapat 17 tokoh perempuan dan 11 tokoh laki-laki yang memiliki karakteristik non-stereotipe jender. Penyebaran karakteristik stereotipe jender paling banyak juga terjadi di Pulau Jawa, yaitu dari sebanyak 10 buah cerita terdapat 11 tokoh perempuan dan 4 tokoh laki-laki yang memiliki karakteristik stereotipe jender. |