Jumlah wisatawan yang terus meningkat setiap tahun dan berbagai macam permasalahan yang harus dihadapi dunia, mendorong perusahaan penerbangan menciptakan e-ticketing, untuk menghemat biaya, khususnya biaya distribusi. Karena, e-ticketing muncul di Indonesia pada tahun 2002, 2003 maka, masih banyak pelaku bisnis dan konsumen pariwisata Indonesia, yang belum mengetahui dan memahami e-ticketing. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai e-ticketing dan perkembangannya, menunjukkan faktor-faktor yang membatasi perkembangan e-ticketing di Indonesia, menunjukkan dampak penerapan e-ticketing bagi travel agent Indonesia, serta menunjukkan 2 model bisnis baru travel agent yang mungkin muncul di Indonesia pada masa mendatang. Penelitian eksploratoris yang menggunakan pendekatan kualitatif ini, mengumpulkan data-data dari artikel-artikel Internet, koran, buku pegangan, dan lain-lain, serta hasil wawancara dengan 4 orang pelaku bisnis travel agent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, travel agent Indonesia dengan dukungan komputer GDS-nya dan perusahaan penerbangan dengan dukungan komputer CRS dan Website-nya telah menerapkan e-ticketing. Penggunaan e-ticket di Indonesia, sampai saat ini masih di bawah 1%, karena masih khusus dipergunakan untuk rute-rute penerbangan internasional point-to-point dan rute-rute penerbangan dengan 1 jenis perusahaan penerbangan. Bagi travel agent Indonesia, e-ticketing dapat mengurangi biaya dan resiko, serta memudahkan pekerjaan para karyawannya, hanya saja perkembanganya di Indonesia masih dibatasi oleh beberapa faktor. Selain itu, e-ticketing, juga dapat mendorong muncul multi function job dan perkembangan direct selling perusahaan penerbangan, yang dapat menyebabkan travel agent ter-disintermediary atau ter-reintermediary menjadi travel consultant atau e-travel. Perkembangan travel agent banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, yang tidak dapat dihindari. Untuk itu, sejak awal, travel agent Indonesia harus dapat melakukan antisipasi-antisipasi dan membuat strategi baru agar dapat tetap bertahan di dalam industri pariwisata Indonesia, dengan memanfaatkan latar belakang, kebiasaan masyarakat, serta banyaknya jumlah penduduk di Indonesia. |