Pengambilan data antropometri dilakukan dengan menggunakan berbagai alat ukur, salah satunya adalah kursi antropometri seperti yang terdapat pada Lab. PSK&E Teknik Industri Atma Jaya. Kursi antropometri tersebut memiliki beberapa kekurangan, diantaranya : dimensi tubuh yang dapat diukur hanya pada posisi duduk, penunjukkan hasil pengukuran kurang jelas, dan tidak mudah untuk dibawa -bawa jika ingin melakukan pengukuran ke tempat lain. Untuk mengatasi kekurangan itu, peneliti menerapkan metode Quality Function Deployment (QFD) dalam melakukan perancangan dan pengembangan alat ukur. Kemudian dibuat lima rancangan awal alat ukur. Pemilihan konsep alat ukur dilakukan dengan menggunakan matriks penyaringan dan penilaian konsep. Diperoleh konsep AB yang merupakan konsep gabungan A dan B sebagai rancangan akhir. Pengguna alat ukur didefinisikan sebagai manusia dewasa (18 tahun keatas). Alat ukur hasil modifikasi memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan kursi antropometri, seperti : dapat mengukur dimensi tubuh lebih banyak yaitu 46 dimensi sedangkan yang lama hanya 25 dimensi. Penunjukan hasil ukur yang lebih jelas, konstruksi alat ukur lebih kuat dan kokoh, serta mudah dipindahkan ke tempat lain karena memiliki box penyimpanan. Biaya pembuatan alat ukur sebesar Rp.4 juta-an sedangkan alat ukur yang lama dibeli seharga Rp.10 juta -an (termasuk modul). |