Anda belum login :: 22 Nov 2024 23:34 WIB
Detail
BukuHubungan Antara Derajat Sex-Role Self Concept Pelajar SMU Kelas II Dengan Prestasi Belajar Di Bidang Sosial Dan Eksakta
Bibliografi
Author: Linda ; HEDWIG EMILIANA TULUS (Advisor); Adella, Viera (Advisor)
Topik: Derajat Sex-Role Self Concept Pelajar SMU Kelas II Dengan Prestasi Belajar
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2004    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext:
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: FP-633
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Abstract
Prestasi yang baik adalah harapan bagi setiap pelajar, dan pencapaiannya tidak luput dari peranan orang tua, guru, pemerintah, dan tentu saja pelajar itu sendiri. Prestasi belajar yang dimaksudkan disini adalah suatu tingkat kecakapan atau penguasaan yang berhasil dicapai oleh pelajar pada tugas-tugas akademiknya (Arifin, 1988). Tinggi rendahnya prestasi tersebut ditentukan oleh banyak faktor yang memiliki peranannya tersendiri antara lain adalah motivasi, minat, bakat, inteligensi, konsep diri bahkan faktor ekternal lainnya.
Khusus penelitian kali ini akan menyinggung kaitan konsep diri dengan prestasi belajar. Konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri (Burns, 1982). Disatu sisi, Burns (1982) mengungkapkan bahwa konsep diri yang ditinjau dari perspektif jenis kelamin disebut sex-role self concept.
Sex-role self concept merupakan evaluasi self images dari stereotype maskulin atau feminin, yakni persepsi individu perempuan ataupun laki-laki terhadap seberapa jauh mereka telah mempersepsikan seperti yang ada di masyarakat mengenai karakteristik jenis kelaminnya yang tepat (Burns, 1982). Tinggi rendahnya derajat sex-role self concept ini ditentukan oleh aspek-aspek pembentuk dari sex-role self concept itu antara lain biological differences; sex role identification and family practices; sex-role stereotype.
Lebih lanjut, Burns (1982) menjelaskan dari aspek biological differences, yang berperan dalam menentukan sex-role self concept itu sendiri adalah bukti-bukti secara fisik/biologis, sedangkan dari aspek sex role identification dan family practices adalah kesempatan untuk bersosialisasi dengan orang tua, dan institusi sosial yang diperoleh melalui proses identifikasi, differential treatment. Aspek sex-role stereotype didapat melalui kesempatan untuk mengikuti identitas yang diciptakan oleh masyarakat terhadap stereotype mengenai perempuan dan laki-laki.
Disamping itu, terdapat beberapa penelitian yang mendukung adanya hubungan antara biological differences dengan prestasi belajar. Salah satunya diungkapkan oleh Brookover, Thomas dan Paterrson (dalam Burns, 1982) dimana anak laki-laki lebih berminat dan berhasil dibidang matematika dan ilmu pasti sedangkan untuk anak perempuan adalah bidang ilmu-ilmu sosial. Namun ada pula versi penelitian lain yang tidak mendukung hubungan antara biological differences dengan prestasi belajar. Finn, Dulberg & Reis (dalam Gage & Berliner, 1992) mengungkapkan ketika meneliti sekolah untuk anak-anak perempuan, terlihat bahwa prestasi yang dicapai oleh anak-anak perempuan tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan hasil prestasi dibidang yang selama ini diharapkan untuk peran anak laki-laki bahkan anak perempuan tersebut menunjukkan nilai yang baik dan tinggi untuk bidang matematika dan IPA.
Adapun untuk aspek lainnya seperti sex role identification dan family practices; sex-role stereotype, peneliti belum menemukan penelitian yang mendukung hubungannya dengan prestasi belajar secara langsung. Karena itu, pada kesempatan ini akan ditinjau lebih lanjut hubungan antara derajat sex-role self concept yang dibangun oleh seluruh aspek-aspek tersebut diatas dengan prestasi belajar pelajar SMU kelas II terutama untuk bidang studi sosial dan eksakta.
Penelitian kali ini menggunakan pendekatan non-ekperimental. Pengambilan data melalui metode kuesioner dengan pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Subjek dalam penulisan ini adalah pelajar SMU kelas II yang berada pada periode remaja akhir. Pada periode ini pelajar tersebut dinilai sudah mengalami kematangan kognitif dan emosi (Dacey, 1982 & Jersild, 1978). Usia remaja akhir menurut Hurlock (dalam Yusuf, 2001) adalah 17-21 tahun. Kuesioner yang dibuat merujuk pada aspek-aspek pembentukan sex-role self concept yang dikemukakan oleh Burns (1982) yang sudah diuji validitas dan realiabilitasnya.
Berdasarkan pengujian korelasi dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product moment, dengan ta
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.15625 second(s)