Indonesia merupakan negara multietnis karena keadaannya yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki adat istiadat yang berbeda satu sama lain. Perbedaan ? perbedaan tersebut dapat dilihat dari sistem kekerabatan, sistem kesenian, sistem kepercayaan atau nilai ? nilai budayanya. Berdasarkan perbedaan ? perbedaan tersebut, maka setiap suku adalah unik dan memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh suku lainnya. Ciri khas suatu suku akan melekat pada orang ? orang yang berasal dari suku tersebut dan akan terus dilestarikan secara turun menurun, dari generasi ke generasi. Salah satunya jalannya adalah melalui cara pengasuhan orang tua. Peneliti menggunakan istilah kultur subjektif sebagai bagian dari kebudayaan. Kultur subjektif adalah cara khas suatu komunitas kultur dalam memandang lingkungan sosialnya (Warnaen, 2002). Orang ? orang yang hidup berdekatan, berbicara dalam dialek yang sama, melakukan kegiatan yang serupa atau dengan kata lain memiliki nilai ? nilai budaya yang sama, cenderung memiliki kultur subjektif yang sama pula. Sehingga bila dikaitkan dengan suku ? suku yang ada di Indonesia, maka tiap suku memiliki kultur subjektif sendiri ? sendiri dan berbeda satu sama lain. Selain sebagai bagian dari kebudayaan, peneliti juga menggunakan istilah kultur subjektif sebagai penghubung antara kepribadian dan kebudayaan. Hal tersebut sesuai dengan definisi kepribadian menurut Piedmont (1998) yang menyatakan bahwa kepribadian adalah organisasi instrinsik dalam kehidupan mental seseorang yang stabil dari waktu ke waktu dan konsisten dalam berbagai situasi, dimana selain dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu juga dipengaruhi oleh kebudayaan dan konteks. Dalam membahas kaitan antara suatu bentuk kebudayaan dengan kepribadian seseorang, peneliti menggunakan dua buah unsur dari Kultur subjektif, yaitu stereotype dan nilai ? nilai budaya. Pemilihan kedua unsur tersebut adalah dikarenakan kedua unsur tersebut dekat hubungannya dengan kepribadian. Stereotype mengandung ikatan ? ikatan asosiasi antara kategori dan atribut (Warnaen, 2002). Misalnya, kategori yaitu orang Batak memiliki suatu atribut yaitu bersifat keras. Berdasarkan hal tersebut, maka sedikit banyak didalam stereotype mengandung aspek ? aspek dari kepribadian seseorang dari kebudayaan tertentu. Sedangkan didalam nilai ? nilai budaya, misalnya nilai sopan santun dalam budaya Jawa, juga dapat menggambarkan bagaimana kepribadian orang Jawa. Dengan demikian, dua kebudayaan yang berbeda dapat menghasilkan dua struktur kepribadian yang berbeda pula. Sejauh mana perbedaan kepribadian dari dua kebudayaan yang berbeda, belum diketahui dengan jelas. Untuk itu peneliti melakukan penelitian ini. Adapun dua kebudayaan yang akan dilihat perbedaannya adalah budaya suku Jawa dan suku Batak. Alasan pemilihan kedua suku tersebut adalah karena suku Jawa dan Batak memiliki stereotype yang paling berbeda (Warnaen, 2002) dan kedua suku tersebut adalah suku ? suku yang paling banyak jumlahnya yang tinggal di Jakarta. Adapun pendekatan yang digunakan untuk melihat profil kepribadian kedua suku tersebut adalah Five Factor Model of Personality dengan alat ukurnya NEO PI - R. Salah satu alasan pemilihan pendekatan ini adalah karena Five Factor Model of Personality dengan alat ukurnya NEO PI ? R, erat kaitannya dengan penelitian tentang kebudayaan. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental, karena peneliti tidak melakukan manipulasi pada variabel ? variabel penelitian dan ingin mengukur variabel ? variabel penelitian tersebut dalam setting alamiah (Kerlinger, 1986). Selain itu, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif dengan teknik convenience sampling sebagai teknik pengambilan sampel. Berdasarkan hasil uji perbedaan T ? test : case II, Independent means, dengan taraf signifikansi sebesar 5%, maka hasil dari penelitian ini adalah ada perbedaan yang signifikan pada facet Warmth (E1), Ae |