Anda belum login :: 23 Nov 2024 04:31 WIB
Detail
BukuGambaran Efektivitas Komunikasi Dan Kecerdasan Emosional Pada Pasangan Perkawinan Usia Muda
Bibliografi
Author: Nurachman, Nani (Advisor); Loen, Maya Claudia ; Arman, Maria Elisabeth (Advisor)
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2004    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext:
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: FP-613
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Abstract
Perceraian sudah merupakan fenomena yang tak asing lagi terjadi dalam masyarakat saat ini., Data yang diperoleh dari Pengadilan Agama Jakarta Selatan menunjukkan bahwa rata-rata kasus perceraian setiap bulannya sebanyak 109 kasus, dan semakin lama cenderung meningkat. Lavenson (dalam Santrock, 2002) dalam studinya menemukan bahwa perceraian sering terjadi pada masa 7 tahun pertama usia perkawinan. Pada masa ini pasangan suami istri berada pada tahapan ?The Invitation to growth?, di mana pada periode ini perasaan cinta, semangat, dan pandangan positif di awal perkawinan dapat berubah menjadi segala kekecewaan, kemarahan, serta hal lain yang mendatangkan ketidakbahagiaanya dalam perkawinan (Lipthrott, 1998).
Berbagai studi dilakukan untuk mencari penyebab pasangan suami istri memutuskan untuk bercerai. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ternyata faktor utama yang menjadi penyebab perceraian adalah faktor komunikasi (Havemann, 1986). Hal ini sejalan dengan hasil yang didapatkan dari Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan Depok, ditemukan bahwa faktor penyebab perceraian yang menempati urutan pertama adalah karena perselisihan yang terus menerus di antara pasangan suami istri yang menyebabkan ketidakharmosian. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi sangat berperan penting dalam kehidupan perkawinan. Bubaker (dalam Papalia, 1998) menyatakan bahwa kesuksesan sebuah perkawinan sangat erat kaitannya dengan cara pasangan berkomunikasi, membuat keputusan dan menyelesaikan konflik.
Komunikasi sepertinya hal yang mudah untuk dilakukan, namun tidak demikian dalam kenyataannya. Banyak pasangan suami istri yang mengalami kesulitan dalam membangun komunikasi yang mendukung keutuhan dan kebahagiaan perkawinan. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan di antara suami istri, di mana masing-masing pihak merasa yakin bahwa dirinya berbicara dalam ?bahasa? yang sama, namun apa yang dikatakan dan didengar pihak lain seringkali berbeda sama sekali. Komunikasi yang berdampak positif bagi perkawinan adalah komunikasi yang efektif, yaitu komunikasi di mana masing-masing individu yang menerima pesan dapat menangkap pesan dan menginterpretasikan secara tepat seperti yang dimaksud oleh si pengirim (pasangannya), dan yang terpenting adalah isi dari pesan tersebut dapat membawa dampak positif bagi kehidupan perkawinan. Peneliti mengasumsikan bahwa salah satu hal yang dapat membantu terciptanya komunikasi yang efektif adalah kecerdasan emosional. Hal ini didasarkan atas teori mengenai pengertian dari kecerdasan emosional itu sendiri, di mana kecerdasan emosional merupakan kemampuan mengendalikan impuls emosional, membaca perasaan pasangan, dan mampu untuk membina hubungan yang baik dengan orang lain (Goleman, 1995). Dengan demikian diasumsikan bahwa kecerdasan emosional akan memampukan individu untuk menciptakan komunikasi yang efektif dalam kehidupan perkawinan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran efektivitas komunikasi dan kecerdasan emosional pada pasangan perkawinan usia muda. Peneliti berasumsi bahwa kecerdasan emosional yang baik akan memampukan pasangan suami istri membentuk efektivitas komunikasi yang tinggi pula.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa adanya perlakuan tertentu atau manipulasi terhadap subjek/objek yang diteliti (Sukadji, 2000). Dalam penelitian ini digunakan 44 pasangan suami istri (88 subyek) dengan karakteristik sampel: pasangan dengan usia perkawinan 1 ? 7 tahun usia perkawinan. Rentang sampel ini didasarkan atas penelitian oleh Lavenson (dalam Santrock, 2002) yang menyatakan bahwa perceraian paling banyak terjadi saat usia perkawinan berkisar 1-7 tahun pertama perkawinan. Sampel adalah pasangan suami istri yang keduanya bekerja, dengan pendidikan minimal diploma. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Untuk mengukur kecerdasan emosional digunakan EII (Emotional Intelligence Inve
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.171875 second(s)