Meningkatnya prevalensi merokok di negara-negara berkembang termasuk Indonesia terutama dikalangan remaja, menyebabkan masalah merokok menjadi semakin serius. Data terakhir tahun 2002 menunjukkan bahwa total perokok aktif di Indonesia sebesar 141,44 juta orang, yang sekitar 13,2% nya adalah remaja berusia 15-19 tahun. Merokok merupakan suatu kebiasaan yang tidak baik bagi kesehatan tubuh karena rokok mengandung zat-zat beracun yang dapat merusak organ-organ tubuh dan mendatangkan berbagai macam penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Meskipun demikian, bagi kalangan perokok tampaknya rokok masih bukanlah benda yang menakutkan. Ada berbagai faktor yang diasumsikan sebagai faktor penyebab timbulnya perilaku merokok pada remaja. Berdasarkan penelitian dan teori mengenai penyebab timbulnya perilaku merokok pada remaja, ternyata penyebabnya sangatlah kompleks baik dari segi internal maupun eksternal yang keduanya saling mendukung (Jacken, 2002). Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran proses pada remaja dari awal mereka mengenal rokok, faktor yang mendukung perilaku merokok, hingga mereka memutuskan merokok untuk yang pertama kalinya. Berdasarkan masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ialah pendekatan yang berusaha memahami gejala tingkah laku manusia menurut penghayatan sang pelaku, atau melalui sudut pandang subyek penelitian (Dooley, 1984). Kasus dipilih sesuai dengan tujuan penelitian. sejumlah kecil kasus dapat memberi contoh yang tepat tentang fenomena yang dipelajari (Poerwandari, 1998). Sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan, maka diperoleh tiga orang subjek yang bersedia untuk diwawancara. Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh kesimpulan mengenai gambaran proses hingga mereka memutuskan untuk merokok. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa ketertarikan indidvidu dengan rokok sudah dirasakan sejak masih anak-anak melalui proses yang sangat konpleks. Awal individu mengenal rokok adalah lewat observasi mereka pada perilaku merokok orang tua yang menimbulkan rasa penasaran dan terdorong untuk mencoba merokok. Setelah itu penayangan iklan rokok pada televisi terutama yang menampilkan model-model anak muda, semakin membuat individu tertarik untuk mencoba rokok dan meniru model dalam iklan rokok tersebut. Kemudian masalah-masalah yang dialami oleh individu seperti masalah keluarga, masalah sekolah, dan masalah-masalah lainnya semakin membuat individu semakin terdorong untuk mulai merokok. Meskipun faktor-faktor pendukung tersebut sudah sejak anak-anak dirasakan namun keberanian untuk mulai merokok setelah mereka mendapatkan teman sebaya yang merokok. Sehingga tanpa ajakan langsung ataupun adanya ajakan langsung, maka mereka memutuskan untuk mulai merokok tanpa adanya keterpaksaan meskipun mereka mengetahui bahaya rokok. Meskipun pertama kali mereka tidak merasakan kenikmatan rokok, namun mereka tetap mempertahankan perilaku merokok tersebut karena ada kejanggalan jika tidak merokok ditengah teman-teman yang merokok dan faktor pribadi yang “mengharuskan” mereka untuk merokok. Namun setelah gangguan kesehatan mulai mmereka alami, maka mereka bisa memutuskan untuk berhenti merokok. |