Pemimpin, dalam hal ini adalah manajer, baik manajer pria maupun manajer wanita, tidak lepas dari penggunaan sumber-sumber kekuasaan dalam memimpin dan mempengaruhi bawahannya Sumber-sumber kekuasaan tersebut berdasarkan taksonomi dari French dan Raven, terdiri dari: reward power, legitimate power, referent power, expert power dan coercive power Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan penggunaan sumber-sumber kekuasaan antara manajer pria dan manajer wanita di Supporting Unit PT TIGARAKSA SATRIA Tbk. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam srkipsi ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan uji beda untuk sampel berhubungan (t-test for paired samples) guna melihat nilai t-observasi, sehingga dapat diketahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan sumber kekuasaan antara manajer pria dan manajer wanita. Setelah penulis melakukan analisis dan uji statistik, maka terbukti bahwa tidak ada perbedaan penggunaan sumber kekuasaan antara manajer pria dan manajer wanita secara keseluruhan. Namun terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam penggunaan referent power dan coercive power antara manajer pria dan manajer wanita. Dari hasil penelitian, manajer wanita dinilai oleh karyawan atau bawahannya memiliki dan menggunakan referent power lebih besar daripada manajer pria, hal ini dikarenakan penilaian karyawan masih dipengaruhi oleh stereotipe wanita yang terdapat dalam unsur referent power (pengertian, lemah lembut, komunikasi yang baik, pendengar yang baik, dll), Namun dari hasil uji beda keseluruhan penulis menyimpulkan bahwa karyawan PT TIGARKASA SATRIA Tbk, yang mayoritas bergelar S1, sudah mulai menilai manajer mereka tidak berdasarkan gender semata, tapi menilai para manajer mereka berdasarkan kinerja dan sikap pribadi manajer itu sendiri, terlepas apakah dia pria atau wanita. Maka saran yang diberikan penulis antara lain adalah hendaknya para manajer, baik manajer pria dan manajer wanita dapat menggunakan sumber kekuasaannya dengan baik dan tepat sesuai dengan situasi dan suasana kerja di perusahaan, serta tidak menyalahgunakan kekuasaan tersebut, guna meningkatkan motivasi dan produktivitas karyawan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. |