PT Surya Adhitia Fortuna Glass merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan kaca yang berproduksi berdasarkan system job order. Perusahaan perlu menerapkan system perbaikan kualitas yang terstruktur untuk mengatasi tingginya tingkat persentase cacat produk, terutama produk kaca windshields. Berdasarkan data pengamatan selama 4 bulan, ditunjukkan persentase cacat produk kaca windshields sebesar 12.94% yang merupakan persentase cacat tertinggi dibandingkan lini produksi yang lain. Penerapan metode DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control) dilakukan pada level proses. Pada tahap Define didapatkan bahwa proses bending dan proses autoclave merupakan proses yang memberikan kontribusi biaya akibat kualitas buruk yaitu sekitar 79.7% dari total biaya akibat kualitas buruk yang dikeluarkan perusahaan. Biaya akibat kualitas buruk yang dikeluarkan perusahaan adalah Rp. 64,800,000.00 untuk proses bending dan Rp. 20,100,000.00 untuk proses autoclave. Pada tahap measure dilakukan perhitungan kapabilitas proses bending sebelum dilakukan implementasi adalah sebesar 92.264% dan kapabilitas proses autoclave sebelum dilakukan implementasi adalah 97.28%. Level sigma proses bending sebelum dilakukan implementasi adalah sebesar 3.8824 dan level sigma proses autoclave sebelum dilakukan implementasi adalah 3.9676. Pada tahap Analyze didapatkan karakteristik kualitas yang paling berpengaruh terhadap terjadinya cacat pada proses bending adalah pecah pada tahap preheating dan kaca tidak match. Sedangkan pada proses autoclave, karakteristik kualitas yang paling sering terjadi adalah pecah dan laminasi. Akar penyebab masalah yang paling banyak menyebabkan masalah terjadi berdasarkan jumlah nilai RPN yang tertinggi pada diagram FMEA adalah karena jalur material handling yang tidak rata, penggunaan pembatas kaca yang tidak tepat, aktivitas perawatan mesin yang kurang intensif, dan aktivitas inspeksi yang kurang ketat. Pada tahap improve, diberikan usulan perbaikan kepada perusahaan dan dilakukan implementasi usulan perbaikan selama 3 minggu. Lalu dihitung kapabilitas proses, level sigma proses, dan biaya akibat kualitas buruk setelah implementasi. Tahap control akan dilakukan oleh pihak perusahaan dalam jangka waktu 6 bulan sampai 1 tahun setelah dilakukan implementasi. Hasil akhir dari implementasi didapatkan peningkatan kapabilitas proses bending menjadi 93.8% dan proses autoclave menjadi 98.26%. Level sigma proses juga mengalami peningkatan, yaitu proses bending menjadi 4.152 dan proses autoclave menjadi 4.221. Penghematan biaya akibat kualitas buruk yang dikeluarkan perusahaan adalah sebesar Rp.1,240,000.00 per minggu. |