PT Fuji Dharma Elekcric adalah perusahaan yang bergerak di bidang listrik. Sebagai salah satu perusahaan yang memproduksi kWh Meter di Indonesia, perusahaan tersebut berupaya menghadapi tantangan untuk dapat mempertahankan kegiatan bisnis perusahaan dalam persaingan industri. Sejalan dengan perkembangan jaman, perusahaan menginginkan adanya perbaikan dalam berbagai hal, antara lain perbaikan pada tata letak ruang produksi, dimana peletakan mesin pada ruang produksi tersebut masih belum terencana dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah kebutuhan mesin yang diperlukan sesuai dengan kapasitas yang diinginkan serta memberikan usulan pebaikan tata letak ruang produksi yang lebih ideal dan efisien. Langkah-langkah yang dilakukan dalam merancang tata letak ruang produksi usulan adalah membuat peta proses operasi, menghitung jumlah mesin yang dibutuhkan, menghitung kebutuhan luas lantai ruang produksi, dan menghitung biaya penanganan material dengan menggunakan Material Handling Planning Sheet (MHPS). Selanjutnya adalah melakukan perancangan tata letak ruang produksi ruang produksi dengan membuat Form to Chart (FTC) Biaya, FTC Inflow, FTC Outflow, menyusun skala prioritas Inflow dan skala prioritas Outflow, yang akan dipakai untuk membuat Area Allocation Diagram (AAD), pembuatan algoritma corelap, Graph-Based Construction Method (GBCM), serta menghitung Group Technology (GT) dengan menggunakan metode Rank Order Cluster (ROC) dan Cluster Identifiation (CI). Ketiga AAD dan GT digunakan untuk membuat alternatif tata letak ruang produksi usulan dan dilakukan perbandingan mengenai ketiga tata letak ruang produksi usulan yang diikuti dengan pembuatan Material Handling Evaluation Sheet (MHES). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat beberapa penambahan jumlah mesin/meja kerja dan pengurangan jumlah mesin/meja kerja. Berdasarkan hasil perhitungan, untuk produk kWh Meter dapat diketahui bahwa total biaya perpindahan per minggu berdasarkan perhitungan MHES untuk Relationship Diagramming Inflow sebesar Rp. 2.756.866,862 , untuk Relationship Diagramming Outflow sebesar Rp 2.590.783,715 , sedangkan untuk GBCM sebesar Rp. 2.864.584,773 , untuk ROC sebesar Rp. 2.623.904,699 , dan untuk CI sebesar Rp. 2.494.983,559. Ternyata setelah dilakukan perbandingan dengan MHES tata letak ruang produksi awal yang sebesar Rp. 3.147.159,449 , maka hasil dari kelima tata letak ruang produksi yang diusulkan lebih baik daripada tata letak ruang produksi awal. Hal ini menunjukkan bahwa tata letak ruang produksi usulan layak untuk dipergunakan. |