Setiap orang tua mempunyai peranan yang besar dalam tumbuh - kembang anak menuju kedewasaan. Peran sebagai ayah dan ibu tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik jika terjadi perceraian, kematian dan perpisahan. Menurut pandangan anak, ayah merupakan tokoh yang menggambarkan kekuatan, keamanan, dan kebijaksanaan. Ibu sebagai tokoh yang menggambarkan kasih sayang, pengertian dan melindungi. Disamping itu ayah memiliki banyak pengetahuan dan merupakan kepala keluarga bagi anak serta isterinya. Isteri yang ditinggalkan oleh suami, harus berperan sebagai ibu dan sekaligus sebagai ayah bagi anak-anaknya. Hal ini berarti tanggung jawab ibu akan bertambah, ia harus mencari nafkah sendiri, mengambil keputusan-keputusan penting sendiri, dan sekian banyak tugas-tugas yang harus dilaksanakan sebagai orang tua tunggal atau ?single parent? yang harus menggantikan tugas-tugas yang seharusnya dipikul oleh sang ayah. Tugas-tugas tersebut akan menyita waktu dan perhatian yang biasanya digunakan ibu bagi anak-anaknya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana peran ibu sebagai orang tua tunggal / ?single parent? menyikapi kesulitan belajar anak, khususnya bagi ibu-ibu sebagi orang tua tunggal di sekolah Ricci II. Penelitian ini didukung pula oleh data dari Biro Data Statistik hasil sensus penduduk tahun 1990 menunjukan bahwa jumlah kasus perceraian 18 %, perpisahan 14 % dan kematian 68 %. Dari hasil penelitian melalui observasi dan wawancara terhadap orang tua tunggal / ?single parent? yang mempunyai anak usia sekolah sebanyak 7 subyek, peneliti mengalami kesulitan untuk menggali data yang sebenarnya. Kesulitan ini disebabkan oleh sikap subyek yang terlalu sensitif, merasa tabu untuk mengungkapkan masalah pribadinya sehingga menimbulkan keengganan dari subyek untuk bersikap terbuka pada waktu diwawancara. Secara umum para ibu yang berperan sebagai orang tua tunggal / ?single parent? menunjukan adanya trauma kehidupan yang dialami dengan sikap mudah emosional/temperamental, otoriter dan kurang beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggalnya. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan anak-anak dari ketujuh subjek yang diteliti pada umumnya mengalami depresi, kurang konsentrasi dalam belajar, egois dan konsep dirinya rendah. Anak menjadi pemarah, bossy dan tidak ada motivasi untuk belajar, keadaan psikologis anak berdampak terhadap hasil prestasi belajar di sekolah. Ke tujuh ibu yang diambil subyek orang tua tunggal pada umumnya emosional / temperamental, otoriter dan berdampak negatif terhadap proses perkembangan anak. Ibu sebagai orang tua tunggal diharapkan dapat menyediakan waktu dan memahami perkembangan anak, agar anak merasa aman dalam asuhannya. |