Konsep diri merupakan hal yang penting pada remaja. Remaja dengan konsep diri yang positif akan menilai diri secara positif sehingga mencegah untuk menjadi delinkuen. Namun dikatakan oleh Joewana (1996) bahwa pecandu mempunyai konsep diri yang rendah, sehingga penulis ingin meneliti bagaimana konsep diri remaja pecandu yang mendapat bimbingan dari Peer Counselor sebagai mantan pecandu yang telah pulih dalam pemulihan di Yakita. Subyek penelitian ini adalah 10 orang residen remaja pecandu di Yayasan Harapan Permata Hati Kita, Ciawi. Penelitian ini bersifat deskriptif, sedangkan pengumpulan data menggunakan instrumen skala konsep diri Tennesse, observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan kecenderungan perubahan keempat aspek konsep diri dan kedelapan komponen aspek Harga Diri pada delapan orang subyek penelitian walaupun pada aspek dan komponen yang berbeda. Satu orang subyek penelitian (DE) merasa narkoba dapat menutupi kekurangan dirinya, dan menunjukkan kecenderungan perubahan pada satu aspek saja yaitu aspek Kritik Diri. Hampir semua skor pada kondisi akhir DE tampak menurun setelah tidak menggunakan narkoba lagi. Pada DE tidak ada kecenderungan perubahan komponen aspek Harga Diri, karena ia merasa sangat tidak berharga kembali setelah mengalami putus zat. Dua orang subyek lainnya (MD dan OY), sama sekali tidak menunjukkan perubahan pada keempat aspek konsep diri dan kedelapan komponen aspek Harga Diri. Menurut Peer Counselor di Yakita, psikiater mendiagnosa MD dan OY mengalami gangguan mental karena ada kerusakan syaraf otak sebagai akibat penggunaan narkoba dalam jangka waktu yang lama. Hal itu menghambat pemulihan mental, dan juga menghambat pemulihan emosional serta spiritual. Dari hasil observasi dan wawancara pada DE, MD dan OY, tampak mereka tidak mendapat dukungan dari keluarga, Ayah mereka sudah meninggal sedangkan Ibu dan keluarga tidak mau tahu lagi akan keadaan mereka. Sesuai dengan pendapat Burns (1993), dukungan keluarga sangat penting bagi perkembangan konsep diri seseorang, maka pada DE, MD dan OY tidak adanya dukungan dari keluarga menjadi salah satu faktor penyebab tidak adanya kecenderungan perubahan konsep diri. Meskipun demikian, dilihat dari gambaran keseluruhan penelitian pada 10 subyek, dapat dikatakan bahwa ada kecenderungan perubahan konsep diri walaupun dalam aspekaspek konsep diri dan komponen aspek Harga Diri yang berlainan. Oleh sebab itu, pera n Peer Counselor tidak dapat dikesampingkan, begitu juga dengan peran dan keterlibatan keluarga dalam pemulihan remaja pecandu. Melihat hal-hal di atas, maka penulis ingin menyarankan agar keluarga dan masyarakat akan membangun konsep diri yang baik pada anak sejak dini. |