Anda belum login :: 27 Nov 2024 02:00 WIB
Detail
ArtikelMencermati Perbedaan Golput di Masa Lalu dan Pada Pemilu 1997  
Oleh: Djadijono, M.
Jenis: Article from Journal - ilmiah nasional - tidak terakreditasi DIKTI - atma jaya
Dalam koleksi: Respons: Jurnal Etika Sosial vol. 2 no. 2 (Aug. 1997), page 7-10.
Topik: demokrasi; Pemilu 1997; Dampak Gerakan Golput; Perbedaan Golput
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: RR11.1
    • Non-tandon: 1 (dapat dipinjam: 0)
    • Tandon: tidak ada
    Lihat Detail Induk
Isi artikelTerdapatnya sejumlah pemilih yang mengambil sikap tidak mau memilih salah satu OFF, memilih dua diantaranya atau bahkan ketiga-tiganya dalam pemilu sehingga menjadi tidak sah, yang kesemuanya itu dapat dikategorikan sebagai potensi golongan putih (golput) sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Fenomena ini telah muncul sejak Pemilu 1971 hingga 1992. Menurut jajak pendapat yang dilakukan Tempo Interaktif mereka yang jelas golput dalam Pemilu 1997 mencapai 20,37% sedangkan yang berpotensi memilih bukan PPP, Golkar atau PDI (termasuk yang golput) mencapai 64,48%. Namun dalam kenyataannya, setelah hari pencoblosan pada tanggal 29 Mei 1997, potensi golput itu kurang dari 10% karena dari jumlah pemilih terdaftar sebanyak 124.740.987 orang, jumlah suara pemilih yang sah (gabungan perolehan 3 OFF) ada sebanyak 112.991.160 orang.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0.015625 second(s)