Beberapa penelitian di pasar modal menunjukkan bahwa harga saham akan mengalami kenaikan segera setelah diperjualbelikan di pasar sekunder. Fenomena ini menimbulkan dugaan bahwa saham perusahaan saat dijual kepada publik pada pasar perdana dinilai terlalu rendah (undervalued atau underpriced) sehingga ketika masuk ke pasar sekunder harga saham tersebut langsung terkoreksi (naik). Penelitian Suad Husnan terhadap 22 saham perusahaan yang go public tahun 1995, menunjukkan bahwa investor di pasar perdana Indonesia pada tahun 1995 dapat menikmati excess return dengan cara membeli saham di pasar perdana dan kemudian menjualnya pada hari pertama saham tersebut tercatat di pasar sekunder. Dengan melakukan strategi ini, investor menikmati excess return rata-rata sebesar 10,3%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah excess return masih terjadi di pasar perdana Indonesia pada masa krisis ekonomi selama tahun 1998 sampai dengan tahun 2000. Penelitian ini merupakan penelitian empiris untuk mengetahui perilaku saham baru yang dilihat melalui excess return yang terjadi, dimana indeks pasar sangat dipengaruhi oleh keadaan krisis ekonomi, selain itu juga diuji konsistensi beta selama periode tersebut dengan saham-saham yang hasil uji regresinya signifikan. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data harga saham perdana tahun 1998 sampai dengan tahun 2000. Tercatat terdapat 36 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) pada tahun 1998, 1999 dan 2000. Harga saham yang dianalisis adalah harga saham dari saat saham tercatat di pasar sekunder (Bursa Efek Jakarta) hingga hari ke-24, sehingga dapat dketahui apakah terjadi excess return pada hari-hari pertama perdagangan di pasar sekunder. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa excess return yang diperoleh relatif kecil, tetapi secara statis tik, excess return tersebut tidak menarik bagi investor. Excess return tidak terjadi pada hari pertama saham tersebut tercatat di pasar sekunder, tetapi excess return masih terjadi dalam 10 hari pertama saham tersebut tercatat di pasar sekunder, yaitu pada hari ke- 6 dan hari ke-9, rata-rata sebesar 3,43% pada hari ke-6 dan 2,37% pada hari ke-9. Dengan kondisi pasar pada saat krisis ekonomi, terjadi perubahan yang signifikan dari pada tahun-tahun sebelumnya, sehingga pada tahun-tahun ini sulit melakukan investasi karena kondisi yang sangat khusus dan baru dialami di Indonesia. |