Usia remaja adalah usia di mana ketidakseimbangan emosi dan stres mulai muncul. Kedua hal ini muncul sebagai konsekuensi dari keadaan sosial yang menuntut remaja untuk dapat menyesuaikan diri pada pola perilaku, lingkungan, kondisi, dan harapan sosial baru, dan penyesuaian diri terhadap perubahan fisik yang cepat. Berbagai masalah seperti perkelahian pelajar, penyalagunaan obat-obatan terlarang, pergaulan bebas, tindakan kriminal, bunuh diri, adalah merupakan akibat nyata dari peningkatan stres. Upaya untuk mengatasi masalah yang dialami dengan tujuan untuk mencegah dampak negatif yang muncul disebut sebagai coping. Untuk mengatasi masalah, remaja diharapkan memiliki kualitas antara lain menghargai diri sendiri dan orang lain, mengungkapkan dan memahami perasaan, memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, beradaptasi dengan lingkungan, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Kualitas-kualitas ini tercermin pada pribadi yang memiliki kecerdasan emosi. Bersamaan dengan itu, dalam rangka beradaptasi dengan lingkungan, dan mengembangkan diri, seseorang membutuhkan kemampuan merasakan, membedakan atau kemampuan diskriminatif, mengubah dan berekspresi. Kemampuan ini ada dalam lingkup kecerdasan musik. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melihat seberapa besar hubungan antara kecerdasan musik dan kecerdasan emosi dan kemampuan stres pada remaja yang sedang akil balig (SLTP) |