Bila membicarakan kusta yang terbayang pertama kali ialah seseorang dengan cacat yang mengerikan dan menjijikkan baik itu si penderita kusta atau eks penderita kusta. Sesuatu yang mengerikan dan menjijikkan pasti akan dijauhi, yang menjadi timbulnya leprofobia dan berakibat penderita cacat merasa rendah diri, merasa tidak berguna, merasa tidak bahagia dan berusaha menjauhkan diri dari masyarakat umum. Perasaan-perasaan inilah yang menimbulkan munculnya berbagai problem dalam kehidupan para penderita kusta atau eks penderita kusta. Pada kenyataanya, sulit untuk mencari pola pendekatan konseling yang tepat untuk menggali dan menangani masalah yang dihadapi oleh para eks penderita kusta. Pola pendekatan yang dapat dilakukan bersifat kasuistik dan eklektik artinya pendekatan teknik konseling sangat tergantung pada kasus-kasus setiap orang yang dihadapi dan merupakan penggabungan dari dua pendekatan atau lebih. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Realita Terapi Behavioral dan Rasional Emotif Terapi. Penelitian yang dilakukan di rumah sakit kusta ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang problem-problem eks penderita kusta dan penerapan pendekatan konseling. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif diskriptif dengan teknik observasi, wawancara, kunjungan keluarga. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pola pendekatan konseling yang cocok bagi eks penderita kusta bersifat kasuistik, tergantung karakteristik masalah eks penderita kusta dan karakteristik individu. Pendekatan konseling bagi eks penderita kusta akan sangat membantu para eks penderita kusta melihat hidupnya berarti bagi dirinya sendiri, sesama dan Tuhan dan mampu menghadapi kenyataan hidup yang pahit sekalipun. |