Anda belum login :: 23 Nov 2024 07:11 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
The Raw Rattan Export Bans And The Impact on Industrial Development
Oleh:
Tambunan, Mangara
Jenis:
Article from Bulletin/Magazine
Dalam koleksi:
KELOLA Gadjah Mada University Business Review vol. IV no. 10 (1995)
,
page 100-119.
Topik:
INDUSTRIAL DEVELOPMENT
;
rattan industry
;
ekspor rotan
;
rattan export
;
industrial development
Ketersediaan
Perpustakaan Pusat (Semanggi)
Nomor Panggil:
KK11.2
Non-tandon:
1 (dapat dipinjam: 0)
Tandon:
tidak ada
Lihat Detail Induk
Isi artikel
Berbeda dengan semangat deregulasi, pengembangan industri rotan dimulai dengan melarang (export ban) ekspor bahan baku rotan mentah dan rotan olahan melalui beberapa surat keputusan pemerintah. Tujuan dari pelanggaran ekspor tersebut adalah untuk menjadikan indonesia menjadi negara pengekspor hasil olahan rotan seperti furniture dan beragam produk rotan lain. Jumlah industri rotan berskala besar dan kecil bertambah dan terpusat di jawa. Dampak pembangunan industri rotan telah meningkatkan produksi ekspor dan kesempatan kerja secara agregat, disamping pengusaha menikmati keuntungan dari industri rotan. Dampak implementasi dari pelarangan ini, walaupun telah berhasil membuat jawa menjadi pusat industri rotan baru di tingkat perdagangan dunia, tetapi luar jawa seperti sulawesi, kalimantan dan sumatera kehilangan kegiatan perdagangan rotan. Hal ini dapat mendorong terjadinya penyelundupan sebagai substitusi terhadap kegiatan ekonomi yang telah hilang di daerah penghasil bahan baku rotan. Menurut hasil analisis distribusi rente, penikmat utama larangan ekspor adalah pengusaha pengolahan rotan dan tenaga kerja industri. Sedangkan pihak yang kehilangan adalah petani pengumpul rotan dan pemerintah, karena rente yang diterima menurun. Dengan demikian, kebijakan pelarangan ekspor ini mengandung anti trade terhadap daerah yang tadinya sudah biasa melakukan perdagangan ke luar negeri. Kondisi itu terjadi, karena daerah sentra produksi bahan baku rotan yang semula direncanakan menjadi daerah pusat industri, ternyata tidak terealisasikan. Sejalan dengan keputusan GATT, AFTA dan APEC, sebaiknya pemerintah mengurangi tarif ekspor bahan baku rotan, serta mencabut aturan larangan dan tarif ekspor tinggi terhadap rotan olah setengah jadi. Tujuannya agar daerah dapat tetap menikmati hasil sumber daya alam pada tingkat penguasaan teknologi yang mereka kuasai. Dari hasil penelitian ini ditunjukkan kemitraan melalui subkontrak dapat menjembatani transfer teknologi dan kepastian pemasaran serta menciptakan lapangan kerja yang lebih besar.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Kembali
Process time: 0.015625 second(s)