Indonesia sampai sekarang ini mengalami saat-saat yang penuh tantangan dan kesulitan, ketidakpastian politik dan ekonomi yang terus-menerus menyelimuti bangsa telah menyebabkan situasi yang kurang menguntungkan bagi sektor usaha. Namun ternyata, PT Intanwijaya Internasional Tbk masih mampu memberikan laporan kinerja keuangan yang cukup baik walupun belum mencapai hasil yang optimal. PT Intanwijaya Internasional Tbk merupakan perusahaan perdana untuk bidangnya di Indonesia, dan menjadi perusahaan adhesive pertama dari Kalimantan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1990. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja keuangan PT Intanwijaya Internasional Tbk yang bersifat obyektif dan menyeluruh ditengah kondisi usaha yang tidak kondusif, dengan cara mengukur besarnya rasio-rasio keuangan dari PT Intanwijaya Internasional Tbk yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio leverage (struktur modal), rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas, mengetahui hasil analisa tingkat pengembalian investasi dengan menggunakan sistem Du Pont dan variabel mana yang paling berpengaruh terhadap perubahan tingkat pengembalian atas ekuitas (ROE) investor perusahaan, serta mengetahui tingkat resiko kemungkinan kebangkrutan perusahaan yang dapat dilihat dari nilai Z-Score model Altman dan variabelvariabel mana yang berpengaruh secara signifikan terhadap Z-Score. Secara umum dilihat dari sisi likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitasnya, PT Intanwijaya Internasional Tbk memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan rata-rata industri. Secara spesifik, dari analisis Du Pont terlihat bahwa kinerja ROE PT Intanwijaya Internasional Tbk sebagian besar dipengaruhi oleh unsur laba usaha, terutama yang berkaitan dengan harga pokok penjualan dan biaya-biaya operasional. Hasil analisis ZScore memperlihatkan bahwa terdapat penurunan nilai seperti halnya juga jika dibandingkan dengan rata-rata industri, namun kondisi perusahaan masih relatif baik. Dimana Z-Score ini sangat dipengaruhi oleh total hutang perusahaan, terutama jumlah kewajiban jangka pendeknya (hutang usaha). Dalam tahun-tahun mendatang, perusahaan diharapkan semakin ketat mengontrol biaya-biaya operasional agar dapat lebih meningkatkan nilai penjualan, meningkatkan usaha kolektibiliti (penagihan piutang), dan memperkecil resiko usaha dengan mengurangi pinjaman modal kerja jangka panjang kepada pihak ketiga dalam bentuk mata uang US dollar untuk mendanai aktivitas bisnis perusahaan. |