Beberapa Ketentuan dalam Konvensi Tokyo 1963, tentang Ruang Lingkup, Yurisdiksi, dan Tindakan Penanggulangan Kejahatan serta Tindakan Ekstradisi Pelaku Kejahatan dalam Pesawat Udara  

Oleh:

Selvie, Valerie Paskalia

Jenis: Article from Journal - ilmiah nasional - tidak terakreditasi DIKTI - atma jaya
Dalam koleksi: Gloria Juris vol. 1 no. 1 (Jan. 2001), page 41-51.
Topik: International Civil Aviation Organization; ICAO; Konvensi Tokyo 1963; Kejahatan Dalam Pesawat Udara; pelaku kejahatan; Ekstradisi; Yurisdiksi
Fulltext: valerie selvie.pdf (74.18KB)

Ketersediaan

Perpustakaan Pusat (Semanggi) Nomor Panggil: GG7.1 Non-tandon: 1 (dapat dipinjam: 0) Tandon: tidak ada	Lihat Detail Induk
Perpustakaan PKPM Nomor Panggil: G19 Non-tandon: 1 (dapat dipinjam: 0) Tandon: tidak ada	Lihat Detail Induk

Isi artikel

Pesawat udara adalah alat transportasi yang penting bagi kehidupan manusia. Dengan menggunakan pesawat udara, manusia dapat berpergian dari satu tempat ke tempat lainnya yang berjarak ribuan kilometer dalam waktu yang singkat. Walaupun demikian, pesawat udara tidaklah luput dari tindakan-tindakan kejahatan yang dapat mengancam keselamatan penumpang dan awak pesawat udara tersebut. Kejahatan yang paling sering terjadi dalam pesawat udara adalah pembajakan. International Civil Aviation Organization (ICAO), sebagai organisasi yang menangani pengaturan mengenai penerbangan sipil internasional, memandang penting untuk mengatur masalah kejahatan dalam pesawat udara ini ke dalam suatu perjanjian internasional. Setelah mempelajari sekian lama, ICAO merumuskan hal tersebut dalam Tokyo Convention on Offences and Certain Other Acts Committed on Board Aircraft 1963. Dalam tulisan singkat ini, penulis akan membahas beberapa pasal dari konvensiini mengenai ruang lingkup, yurisdiksi, tindakan penanggulangan kejahatan dan tindakan ekstradisi para pelaku kejahatan dalam pesawat udara tersebut.

Opini Anda

Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali