Latar belakang masalah penelitian ini adalah tingginya angka kematian pada penderita kanker, bahkan menurut riset WHO tahun 1997, kanker menduduki peringkat kedua yang menyebabkan kematian setelah penyakit jantung koroner (Pangalila,1998). Masyarakat Indonesia, pada umumnya, mengasosiasikan kanker dengan kematian. Hal ini dapat menimbulkan kecemasan akan kematian. Menurut Frankl (dalam Papalia & Olds,1986) menyatakan bahwa apabila seseorang telah menemukan makna hidup maka kecemasan akan kematian orang tersebut rendah. Makna hidup itu sendiri adalah hal-hal yang memberikan nilai khusus bagi seseorang, yang bila berhasil dipenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan berarti dan berharga yang pada akhirnya akan menimbulkan penghayatan bahagia sebagai akibat sampingannya. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan negatif antara makna hidup dengan kecemasan akan kematian. Jenis penelitian ini adalah ex post facto field studies, sedangkan disain penelitiannya adalah non-experimental correlational. Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling. Metode pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif dan menggunakan uji coba terpakai dengan menggunakan 2 alat ukur, yakni Skala Kecemasan akan Kematian dan Purpose in Life Test. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 35 penderita kanker. Hasil pengujian hipotesis utama menunjukkan bahwa Ho ditolak, ini berarti bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara makna hidup dengan kecemasan akan kematian pada penderita kanker di Jakarta. Pada subjek penelitian ditemukan bahwa subjek cenderung lebih cemas memikirkan keluarga atau kerabatnya dibandingkan dengan dirinya sendiri. Hal ini dapat disebabkan oleh kebudayaan Indonesia yang bersifat kolektivisme. |