Fenomena perempuan perokok bukanlah hal yang baru lagi saat ini di Indonesia, khususnya Jakarta. Perempuan perokok terutama usia dewasa muda, dapat dengan mudah dijumpai di berbagai pusat perbelanjaan atau mal, kampus maupun tempat-tempat umum lainnya. N amun, awalnya tingkah laku merokok merupakan tingkah laku yang hanya dilakukan oleh kaum laki-laki sehingga seringkali diidentikan dengan maskulinitas (Oskamp, 1984). Karenanya, perempuan yang merokok dipandang maskulin. Sementara, feminin merupakan suatu karakteristik yang disosialisasikan oleh masyarakat kepada anak perempuan sejak usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ¿apakah ada hubungan antara antara orientasi (kecenderungan) peran jender dengan aktivitas merokok pada perempuan dewasa muda?¿ Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian non experimental. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini bersifat nonprobability sampling dengan bentuk purposive sampling. Dalam hal ini, populasi yang dituju oleh peneliti adalah kelompok perempuan perokok dan kelompok perempuan bukan perokok. Subyek penelitian berusia 18 - 25 tahun. Data diperoleh menggunakan alat ukur Bem Sex Role Inventory (BSRI) yang dibuat oleh Sandra Bem (1974; 1975; Bem & Philis dalam Hyde, 1985), yang telah diterjemahkan dan diadaptasikan oleh Waskito (1986). Analisis statistik yang digunakan adalah metode statistik chi square. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara orientasi peran jender dengan aktivitas merokok pada perempuan dewasa. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa perempuan perokok memiliki kecenderungan orientasi peran jender maskulin, sementara perempuan bukan perokok memiliki kecenderungan orientasi peran jender feminin. |