Anda belum login :: 24 Nov 2024 06:52 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Paradoks Kerektoran
Oleh:
Hadikoemoro, Soekisno
Jenis:
Article from Journal - ilmiah nasional - tidak terakreditasi DIKTI
Dalam koleksi:
Widya: Majalah Ilmiah vol. 7 no. 62 (Nov. 1990)
,
page 57.
Topik:
paradoks kerektoran
Ketersediaan
Perpustakaan Pusat (Semanggi)
Nomor Panggil:
MM47.4
Non-tandon:
1 (dapat dipinjam: 0)
Tandon:
tidak ada
Lihat Detail Induk
Isi artikel
Hidup ini penuh dengan paradoks, penuh dengan hal-hal tampaknya bertentangan namun mengandung kebenaran. Sebagaimana yang saya ketahui dari pengalaman bekerja sama dengan para rektor PTS (dengan istilah ini saya maksudkan juga Ketua Sekolah Tinggi dan Direktur Akademi), jabatan Rektor juga terisi dengan paradoks-paradoks. Ada pendapat bahwa rektor harus orang yang kualitas akademiknya unggul, peneliti, ilmuwan, seornag yang dunianya di laboratorium. Paradoknya, jabatan rektor memerlukan kepemimpinan dan kemampuan seorang manajer, ketrampilan seorang politikus. Saya rasa model pertimbangan mengangkat rektor atas dasar keunggulan keilmuwanannya semata adalah model yang disfungsional. Sebagai rektor, banyak masalah yang harus dipecahkan, terlalu banyak orang yang harus dihubungi, dikonsultasi. Menjadi rektor berarti memainka peran yang besar, dilengkapi dengan berbagai kewenangan atau otoritas tertentu. otoritas itu akan menarik pendukung, tetapi juga dapat membentuk penentang. Menjadi rektor berarti berpindah dari lingkungan yang suasana emosinya relatif rendah ke arena yang suasana emosinya lebih tinggi. Tiap geraknya disorot, diinterprestasi, dinilai, didukung, mungkin juga ditentang. Dalam suasana seperti itu pnerangan otoritas, seperti melontarkan pemikiran, menjelaskan persoalan, mengemukakan pandangannya tentang masa depan lembaganya, seyogyanya disalurkan melalui rapat, pertemuan saat upacara...
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Kembali
Process time: 0.015625 second(s)